Sabtu, 24 Januari 2009

Lagu untuk Gaza, "We Will Not Go Down", Bergema di London

London (WANDI News) - Lagu untuk Gaza, "We Will Not Go Down", yang dilantunkan Michael Heart bergema di alun alun Trafalgar Square, London, membuat air mata Dian Neilson, ibu tiga anak di bawah 10 tahun, tak terasa menetes di pipinya yang memerah.

Dian Neilson, meninggalkan tiga putranya bersama sang suami di rumahnya di Enfield, kawasan pinggiran London, untuk ikut berdemo menentang kebiadaban Israel di Gaza yang kembali digelar gabungan berbagai komponen yang ada di Kerajaan Inggris, Sabtu siang.

Demo yang digelar Palestine Solidarty Campaign, bersama organisasi masyarakat yang ada di Kerajaan Inggris lainnya, seperti Muslim Council of Britain, Stop the War Coalition, Islamic Forum of Europe, British Muslim Initiative, Palestinian Forum in Britain diisi dengan orasi oleh politisi, pimpinan masyarakat dan artis.

Selain itu, juga bergabung Islamic Human Right Commission, UK Islamic Mission, Palestinian Return Center, Friends of Al-Aqsa, Young Muslim Organisation UK, Council of Mosque, Respect dan Da`watul Islam UK dan Muslim Association of Britain.

Tidak ketinggalan pelajar yang tergabung dalam Federation of Student Islamic Association serta Sri Lanka Islamic Forum UK, World Ahlul- Bayt Islamic UK, British Muslim Forum, Al Khoel Foundation, BRIC UP, Council of European Jama`at, Islamic Society of Britain, Muslim Directory, Haldan Society.

Dan bahkan orang Yahudi yang ada di London yang tergabung dalam "Jews for Justice for Palestine", juga ikut bergabung bersama masyarakat Indonesia yang datang dari berbagai kota tergabung dalam Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya dan Sekitarnya (Kibar).

Pendemo membawa banner yang disediakan oleh panitia antara lain bertuliskan "Free Palestine", "Stop Holocoust in Gaza", "Gaza stop the Massacre," dan bahkan ada yang membuat sendiri banner yang intinya menentang serangan Israel di Gaza.

Sejak pagi, pengunjukrasa memenuhi alun alun kota London di Trafalgar Square, tak jauh dari Istana Buckingham dan di depan The British National Gallery dengan membawa berbagai atribut, termasuk bendera Palestina warna merah, putih, hitam dan hijau.

Seorang ibu berusia 74 tahun yang datang dari Surrey, bersama sang suami pegawai di Amnesty Interntional ikut berdemo dengan membawa banner yang dibawa dari rumah.

"Saya tahu Israel...pada perang tahun 1948 begitu kejamnya dan membantai orang-orang Palestina, saya masih ingat, ujar si bapak selalu ikut bila ada demo dan bahkan menyebutkan kalau ia telah ikut demo selama 20 tahun.

Di alun alun Trafalgar Square yang terdapat patung pahlawan Inggeris, Nelson, itu dipasang layar lebar yang menampilkan cuplikan berita dan juga pesan pesan dari anak anak yang menderita serta wanita yang berada di Gaza.

Usai medengarkan orasi dan sambutan serta pembacaan sajak dan lagu oleh artis dari Palestina, pendemo dengan tertib meninggalkan alun alun, sedianya akan ke kantor Perdana Menteri Inggeris di 10 Downing St, untuk menyerahkan surat.

Polisi pun berjaga jaga di sekitar alun alun dengan pasukan kuda mengantisipasi terjadinya huru hara, namun para pendemo dengan tertib pulang ke rumah dengan kereta api bawah tanah dan bus bus.

Counsellor Pensosbud KBRI London, Herry Sudradjat, sebelumnya menyampaikan himbauan kepada masyarakat Indonesia yang ikut demo untuk tetap berhati-hati dan dapat mematuhi hukum yang berlaku serta menghindari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan.

Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) UK, Nizma Agustjik, menyesalkan apa yang terjadi di Gaza dan mengutuk kebiadaban yang dilakukan Israel di Jalur Gaza selama ini.

"Saya sangat prihatin dan geram menyaksikan apa yang terjadi di Gaza, semua mengutuk serangn israel, hentikan pembunuhan masal, tarik dari dari Gaza, bebaskan Gaza dan boikot Israel," geramnya.

Dikatakannya pengunjukrasa di Kairo dimasukkan dalam penjara, sementara itu ibu dua anak itu juga merasa prihatin dengan sahabat di Saudi yang juga dilarang berdemo, padahal dukungan sudah begitu mendunia.

Sementara itu Farida, mantan atlet senam Indonesia yang kini menetap di London, mengungkap bahwa dirinya tidak bisa tidur setelah menyaksikan tayangan dari BBC yang perlihatkan semua gedung, flat yang di bom Israel.

"Anak-anak lari sembari menangis. Sedih rasanya. Bayangkan kalau itu anak kita," ujar Farida, seraya menambahkan bahwa dari tayangan televisi bisa lihat dengan jelas Israel menjatuhkan bom atau roket dan semburan api ke udara. Seperti melempar batu ke kolam airnya mencerat ke udara.

Lord Kaufman di Parlemen Inggris, mengatakan ibunya pernah disiksa dan mati di Holocoust Camp, dan bukan alasan bagi Israel untuk membunuh seenaknya.


Sumbangan untuk Gaza

Lagu "We Will Not Go down" yang isinya sangat menyentuh, seperti In the night, without a fight ,You can burn up our mosques and our homes and our schools , But our spirit will never die, We will not go down In Gaza tonight , terdengar sayup sayup saat pendemo meninggalkan alun alun Trafalgar Square.

Michael Heart, pria kelahiran Syria yang menetap di Los Angeles, Amerika Serikat, sejak lagunya dikenal banyak menerima sambut banyak orang, dan dirinya merasa senang dan bahagia dengan album yang ditujukannya untuk anak anak Palestina.

Pria yang dibesarkan di Eropa, khususnya di Swiss dan Austria, itu merasa marah dan terharu melihat korban di sekolah PBB yang memberikan inspirasi baginya untuk mengarang lagu yang ditujuhkan untuk korban Gaza.

Michael yang hidup dalam berbagai budaya mengratiskan lagunya untuk di download. Hanya saja ia menyarankan untuk memberi sumbangan ke Unicef atau ke organisasi yang berdidekasi untuk mengurangi penderitaan rakyat Palestina.

Michael yang belajar piano dan gitar di usia 10 tahun, dan mulai menulis lagu dan sempat melakukan rekaman setelah menyelesaikan pendidikan dari Full Sail (sekolah rekaman), dan akhinya hijrah ke Los Angeles di tahun 1990.

Selama 18 tahun, Michael bekerja di studio lokal dan selain bermain gitar yang bekerja sebagai recording engineer untuk artis terkenal, seperti Brandy, Will Smith, Toto, Natalie Cole, The Temptations, Phil Collins, Patty LaBelle, The Pointer Sisters.

Michael yang dikenal dengan nama "Annas Allaf" membantu rekaman kelompok Earth Wind & Fire, dan artis terkenal lainnya seperti Ricky Lee Jones, Lou Rawls, Jesse McCartney, Hillary Duff, Jessica Simpson, Jennifer Paige, Al Jarreau, K-Ci & Jojo, Deborah Cox, Monica, Taylor Dayne, Keiko Matsui, Steve Nieves, Luis Miguel and Tarkan.

Kefasihan Michael berbahasa Perancis menjadi bonus saat ia bekerja dengan artis Perancis, seperti Calogero (The Charts), Marc Lavoine dan Veronique Sanson.

Selain bekerja di studi rekaman, Mihael pernah melakukan tour di awal tahun 90, sebagai pemain gitar Flamenco bersama Juan Manuel Canizares, pada pembukaan konser Dire Straits.

Awal Januaiy 2009, Michael menulis dan sekaligus menyanyikan lagu yang menceritakan situasi masyarakat Palestina in Gaza. Lagu yang diberi judul "We will Not Go Down" yang terus bergema di hati masyarakat dunia.
◄ Newer Post Older Post ►