Kamis, 29 Januari 2009

Investor BUMI Harap-harap Cemas

Jakarta – Euforia prediksi peningkatan laba PT Bumi Resources (BUMI) di 2008 tampaknya berlangsung singkat. Investor kini harap-harap cemas menanti hasil temuan otoritas bursa tentang akuisisi perseroan. Bagaimana rekomendasi analis?

Pada perdagangan Kamis (29/1) sesi siang, saham BUMI terpantau stagnan di level Rp 510, setelah kemarin berhasil naik 15 poin dari posisi Rp 495 per lembar. Emiten batubara ini kemarin ditransaksikan sebanyak 4.721 kali dengan nilai mencapai Rp 161,7 miliar dan 317.843 juta lembar saham berpindah tangan.

Penguatan ini terjadi seiring kabar yang menyebutkan bahwa perseroan sepanjang 2008 akan membukukan pendapatan naik 67,77% menjadi US$ 3,79 miliar dibandingkan US$ 2,26 miliar pada 2007. Sedangkan laba bersih diperkirakan mencapai US$ 545 -600 juta, sekaligus menjadi rekor tertingginya selama ini.

Penjualan batubara 2008 mencapai 53 juta ton. Dengan harga jual batubara rata-rata US$ 73 per ton, margin perseroan bisa mencapai US$ 30 per ton. BUMI juga menargetkan produksi 2009 naik 10-12% dari realisasi tahun lalu, dengan harga batubara stagnan di level US$ 70-an per MT. Hal ini mengindikasikan kinerja perseroan tahun ini masih akan meningkat.

Namun, euforia itu tampaknya sudah berakhir. Investor kembali fokus pada aksi Bapepam-LK yang sedang memeriksa penilai independen BUMI. Pemeriksaaan dilakukan terkait akuisisi tiga perusahaan senilai total Rp 6,2 triliun yang dinilai mengandung pelanggaran berupa benturan kepentingan. Bapepam-LK juga memeriksa harga wajar akuisisi yang dilakukan BUMI.

Seperti diketahui, BUMI melalui anak usahanya PT Bumi Resources Investment mengambil alih 75,74% saham PT Fajar Bumi Sakti senilai Rp 2,48 triliun, 44% saham PT Darma Henwa Rp 2,41 triliun, dan 84,46% saham PT Pendopo Energi Batubara senilai Rp 1,3 triliun. Total akuisisi adalah Rp6,18 triliun.

Respon negatif ini bertambah paska pernyataan BUMI yang mengaku sulit merevisi harga penjualan akuisisi yang dinilai beberapa pihak terlalu mahal. Manajemen BUMI memberi alasan karena adanya kesepakatan yang terlebih dulu dibuat dengan penjual.

Analis BNI Securities, Muhammad Alfatih mengatakan, BUMI dalam jangka pendek akan menguat dalam pola sideways dengan resistance cukup kuat di level Rp 530 hingga Rp 570. Jika tertembus, maka level resistance berikutnya di level Rp 625-700.

Sedangkan jika tidak mampu menguat dan turun di bawah Rp 495, Alfatih memperkirakan harga BUMI masih akan turun hingga ke kisaran Rp 470-460 dan Rp 385. “Investor bisa spekulasi beli BUMI dengan stoploss ketat di level Rp 495,” imbuhnya.

Terkait penyelidikan yang berpotensi meningkatkan risiko investasi serta munculnya ketidakpastiaan aksi korporasi BUMI, tim riset Samuel Sekuritas bahkan menurunkan rekomendasi menjadi hold. “Kami men-downgrade rekomendasi menjadi hold dengan target harga baru Rp 900 per saham, 20% dari nilai discounted cash flow (DCF),” imbuhnya.

Analis Citi Pacific Securities Hendri Effendi mengatakan, sejak akuisisi tersebut diumumkan, harga saham BUMI telah menurun signifikan dari level Rp 970 hingga sempat menyentuh level Rp 385. Tercatat, delapan kali berturut-turut saham BUMI terkena auto rejection batas bawah.

Saat ini harapan pelaku pasar berada di tangan Bapepam-LK, yang sedang meneliti dan mengkaji apakah aksi korporasi BUMI tersebut termasuk transaksi material atau tidak, Hendri menuturkan, dalam jangka menengah secara teknikal saham BUMI akan bergerak di kisaran Rp 370-920.

Konfirmasi arah pergerakan BUMI untuk jangka pendek adalah penutupan di atas level psikologis bullish untuk pergerakan harian dan merupakan strong resistance pada level Rp 520.

“Jika mampu melalui level Rp 520, BUMI berpeluang menuju level resistansi pada Rp 650-920. Namun sebaliknya, selama pergerakannya di bawah level Rp 520, BUMI masih rentan terhadap aksi jual,” tandasnya.
◄ Newer Post Older Post ►