Bayi mereka lahir di Eastbourn, Inggris, Senin (9/2/2009) lalu. Saat Chantelle hamil sembilan bulan lalu, mereka menolak aborsi. “Saya pikir asyik juga punya bayi,” kata Alfie yang suaranya belum pecah itu. Saat ditanya bagaimana dia bakal menghidupi anak yang diberinya nama Maisie Roxanne itu, Alfie mengaku tidak tahu. “Saya tidak mendapat uang saku. Kadang-kadang saja Ayah memberi saya 10 poundsterling.”
“Saya juga tidak tahu caranya menjadi ayah. Tapi saya yakin kok, bisa jadi ayah yang baik dan merawat anak itu,” katanya, yakin. Alfie berusaha menunjukkan tanggung jawabnya sebagai ayah dengan menjadi orang pertama yang menggendong bayi berbobot 3,5 kg itu.
“Dia bisa saja tidak peduli dan bermain PlayStation saat Chantelle melahirkan. Tapi Alfie mau menunggui pacarnya di rumah sakit,” ujar Dennis Patten, 45, ayah Alfie. Chantelle tahu dirinya hamil saat memeriksakan diri ke dokter karena sakit perut. “Saya diantar Alfie. Dokternya tanya apakah kami berhubungan seks. Saya lalu dites kehamilan. Saya menangis waktu dokter bilang saya positif hamil,” cerita remaja bongsor itu.
Chantelle mengaku takut memberitahu ibunya. “Saya pikir Mama bakal membunuh saya.” Chantelle kini membawa Maisie ke rumah ibunya di sebuah rumah di Eastbourne. Di rumah itu ia tinggal bersama orangtuanya, Penny dan Steve, serta lima saudara laki-lakinya. Karena Steve menganggur, mereka hidup dari tunjangan pemerintah.
Alfie masih tinggal dengan ayahnya, tapi setiap hari menengok bayinya. Sikapnya masih seperti anak-anak seusianya. Dia suka bermain komputer, bertinju, dan nonton Manchester United bertanding. Dennis, ayah Alfie, sangat terpukul ketika tahu anaknya yang masih bocah itu juga akan menjadi ayah.