Seorang pria di Banyuwangi juga memiliki batu petir seperti yang dimiliki dukun cilik, Muhammad Ponari (9) asal Jombang. Namun, batu tersebut tidak digunakan untuk mengobati pasien.
Ahmad Ihsanuji (32), warga Desa Kebundalem, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Kamis, mengatakan, dirinya menemukan batu petir pada tahun 1990, saat hujan deras disertai petir yang menyambar sejumlah pohon di kebun yang berada di belakang rumahnya.
Pria yang akrab disapa Cak Mad itu menjelaskan, saat itu ia melihat batu seperti kapak kecil menancap di batang pohon kelapa yang tumbang tersambar petir.
"Saya mengambil batu petir itu karena bentuknya unik. Kebetulan, saya sendiri suka mengoleksi barang antik. Panjangnya sekitar 15 cm dan lebar 7 cm. Batu itu saya simpan di dalam kotak kacamata," katanya menjelaskan.
Pria yang pernah kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Jember, tetapi tidak tamat karena mengalami kebutaan ini, menambahkan, sekitar 2006, tetangganya ada yang sakit. Kemudian, Cak Mad mencoba mengobati dengan cara mencelupkan batu petir ke dalam segelas air. Namun, air tersebut bukan diminum pasien, melainkan diusapkan ke pusar. Hasilnya pasien tersebut sembuh.
Meski terbukti batu petir yang dimilikinya menyembuhkan pasien, Cak Mad mengatakan, tidak ingin dirinya, pasien, dan tetangganya menjadi sirik atau menyekutukan Tuhan. Pasalnya, bisa muncul anggapan yang menyembuhkan penyakit adalah batu petir.
"Kalau terkena penyakit minta kesembuhan pada Tuhan. Jangan meminta pada batu," kata pria yang masih melajang ini berpesan.
Dukun cilik Ponari (9) yang menjadi fenomena menarik didatangi puluhan ribu warga dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng. Ia konon mampu menyembuhkan berbagai penyakit pasien dengan cara mencelupkan batu petir ke dalam air, yang kemudian air celupan itu diminum pasien.
Ponari mendapatkan batu "petir" itu tatkala ia bermain dalam hujan deras yang disertai petir menyambar.
Ahmad Ihsanuji (32), warga Desa Kebundalem, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Kamis, mengatakan, dirinya menemukan batu petir pada tahun 1990, saat hujan deras disertai petir yang menyambar sejumlah pohon di kebun yang berada di belakang rumahnya.
Pria yang akrab disapa Cak Mad itu menjelaskan, saat itu ia melihat batu seperti kapak kecil menancap di batang pohon kelapa yang tumbang tersambar petir.
"Saya mengambil batu petir itu karena bentuknya unik. Kebetulan, saya sendiri suka mengoleksi barang antik. Panjangnya sekitar 15 cm dan lebar 7 cm. Batu itu saya simpan di dalam kotak kacamata," katanya menjelaskan.
Pria yang pernah kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Jember, tetapi tidak tamat karena mengalami kebutaan ini, menambahkan, sekitar 2006, tetangganya ada yang sakit. Kemudian, Cak Mad mencoba mengobati dengan cara mencelupkan batu petir ke dalam segelas air. Namun, air tersebut bukan diminum pasien, melainkan diusapkan ke pusar. Hasilnya pasien tersebut sembuh.
Meski terbukti batu petir yang dimilikinya menyembuhkan pasien, Cak Mad mengatakan, tidak ingin dirinya, pasien, dan tetangganya menjadi sirik atau menyekutukan Tuhan. Pasalnya, bisa muncul anggapan yang menyembuhkan penyakit adalah batu petir.
"Kalau terkena penyakit minta kesembuhan pada Tuhan. Jangan meminta pada batu," kata pria yang masih melajang ini berpesan.
Dukun cilik Ponari (9) yang menjadi fenomena menarik didatangi puluhan ribu warga dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng. Ia konon mampu menyembuhkan berbagai penyakit pasien dengan cara mencelupkan batu petir ke dalam air, yang kemudian air celupan itu diminum pasien.
Ponari mendapatkan batu "petir" itu tatkala ia bermain dalam hujan deras yang disertai petir menyambar.