Sekitar 40 persen dari 120 waria di Kabupaten dan Kota Serang menjadi pekerja sek komersil. Hal itu diakibatkan kurangnya keterampilan dan pengetahuan wanita pria itu terhadap pekerjaan lain.
“Mereka itu tidak memiliki keterampilan yang jelas, makanya terpaksa keluar malam untuk mencari makan,” ujar Ratu Reza Umami, Koordinator Waria Serang.
Menurut Ratu Reza, dari jumlah itu, 60 persen waria telah bekerja diberbagai sektor informal, seperti salon kecantikan, rumah makan, hotel dan industri kerajinan. “Mereka terus kami bina agar lebih bermartabat,” katanya.
Dia mengeluhkan bahwa selama ini, masih banyak kendala yang dialami kaum waria di Serang, diantaranya masih adanya diskriminasi dari lingkungan masyarakat dan pemerintahan, “Kami belum banyak diakui,” katanya.
Komunitas waria di Serang berharap kepada pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan agar penyandang waria tidak keluar malam, atau menjadi pekerja sek komersil.. Pada dasarnya, lanjut Ratu Reza, waria juga manusia biasa yang butuh kebutuhan hidup. “Tapi kalau tidak ada keterampilan dan pekerjaan lain makanya terpaksa menjadi pekerja sek.”
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Serang, Sulhi Aziz, menyatakan, kebanyakan penularan virus HIV yang terjadi di Serang adalah melalui penggunaan jarum suntik pada narkoba, “Setelah itu baru sek bebas,” ujar dia, yang mengaku sedang gencar mensosialisasikan bahaya sek bebas dan jarum suntik bergantian kepada para waria di Serang.
Menurut Sulhi, karena keterbatasan anggaran pemerintah, pihaknya mengajak lembaga swadaya masyarakat dari dalam dan luar negeri untuk program sosialisasi dan pencegahan HIV/AIDS di Serang, “Banyak kalangan yang mau membantu penanggulangan HIV/AIDS, tinggal kemauan kita saja,” kata Sulhi.
Sulhi mengungkapkan, sejak tahun 2006 sampai 2008 terdapat 30 orang terkena virus HIV, 20 penderita positif HIV/AIDS, sementara 12 orang diantaranya meninggal dunia di Serang. lihat sumbernya...
“Mereka itu tidak memiliki keterampilan yang jelas, makanya terpaksa keluar malam untuk mencari makan,” ujar Ratu Reza Umami, Koordinator Waria Serang.
Menurut Ratu Reza, dari jumlah itu, 60 persen waria telah bekerja diberbagai sektor informal, seperti salon kecantikan, rumah makan, hotel dan industri kerajinan. “Mereka terus kami bina agar lebih bermartabat,” katanya.
Dia mengeluhkan bahwa selama ini, masih banyak kendala yang dialami kaum waria di Serang, diantaranya masih adanya diskriminasi dari lingkungan masyarakat dan pemerintahan, “Kami belum banyak diakui,” katanya.
Komunitas waria di Serang berharap kepada pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan agar penyandang waria tidak keluar malam, atau menjadi pekerja sek komersil.. Pada dasarnya, lanjut Ratu Reza, waria juga manusia biasa yang butuh kebutuhan hidup. “Tapi kalau tidak ada keterampilan dan pekerjaan lain makanya terpaksa menjadi pekerja sek.”
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Serang, Sulhi Aziz, menyatakan, kebanyakan penularan virus HIV yang terjadi di Serang adalah melalui penggunaan jarum suntik pada narkoba, “Setelah itu baru sek bebas,” ujar dia, yang mengaku sedang gencar mensosialisasikan bahaya sek bebas dan jarum suntik bergantian kepada para waria di Serang.
Menurut Sulhi, karena keterbatasan anggaran pemerintah, pihaknya mengajak lembaga swadaya masyarakat dari dalam dan luar negeri untuk program sosialisasi dan pencegahan HIV/AIDS di Serang, “Banyak kalangan yang mau membantu penanggulangan HIV/AIDS, tinggal kemauan kita saja,” kata Sulhi.
Sulhi mengungkapkan, sejak tahun 2006 sampai 2008 terdapat 30 orang terkena virus HIV, 20 penderita positif HIV/AIDS, sementara 12 orang diantaranya meninggal dunia di Serang. lihat sumbernya...