malam hari. Kapal The New Star bergerak dari tempat sandar. Tujuannya kabur ke Tiang Jin, wilayah teritorial RRC. Agen Rusia “Viera” pun meminta petugas keamanan menghentikannya...
Menurut pengakuan ABK WNI, sesuai hasil investigasi tim KBRI Moskow yang disampaikan kepada detikcom 10 menit lalu, Selasa (24/2/2009), mereka tidak menyangka nasibnya akan senaas seperti yang dialaminya saat itu.
Para ABK WNI itu menuturkan kronologi bahwa pada malam hari itu The New Star bergerak dari tempat bersandar dengan meminta ijin kepada petugas pelabuhan untuk membuang sampah dan air kotor dari kapal.
Mengetahui kapal bergerak, agen perusahaan di Rusia “Viera” dalam bisnis beras tersebut meminta petugas keamanan pelabuhan untuk menghentikannya dan meminta kembali.
Awak kapal dari Cina menjawab panggilan penjaga pelabuhan dan berjanji akan kembali, namun ternyata kapal terus bergerak ke luar pelabuhan dan bahkan menyuruh Adi Mazwir pergi menuju Tiang Jin, Cina.
Kejar-kejaran 8 Jam
Masih menurut pengakuan ABK WNI, petugas keamanan dengan dua buah kapal patrolinya mengejar kapal yang mereka pacu dan mengikutinya selama 8 jam.
Dalam kegelapan malam, beberapa kali kapal milik perusahaan Cina itu disuruh untuk berhenti dengan sinyal dan radio. Karena kapal berbendera Sierra Leone ini tetap tidak menanggapi himbauan petugas patroli, maka akhirnya petugas patroli mengeluarkan tembakan.
Kebocoran kapal akibat tembakan dicoba ditanggulangi dengan teknik membuang air dan menyeimbangkan kapal. Tapi ketika mengetahui kapal tidak bisa melakukan perjalanan jauh dengan kondisi yang relatif rusak, kapal pun segera menyerah dan mengubah haluan menuju pelabuhan.
Dalam perjalanan menuju pelabuhan, terjadi cuara buruk disertai gelombang setinggi 7 meter. Kapalpun makin sulit dikendalikan karena dalam posisi miring dengan baling-baling yang tidak menyentuh air lagi. Kapal susah berjalan dan semua sepakat untuk menyelamatkan diri.
Gawatnya lagi, sekoci utama di kapal tersebut diketahui rusak dan tidak bisa digunakan. Ada dugaan telah terkena hantaman peluru yang dimuntahkan oleh petugas. Kini yang tersisa hanyalah dua sekoci tambahan, mirip dengan rakit penyelamat.
Dwi Sutrisno Hilang
Tanpa banyak diskusi, sekoci pertama diturunkan yang diisi 1 ABK WNI dan 7 ABK warga Cina, dan berikutnya baru sekoci kedua terdapat 5 ABK WNI, termasuk kapten kapal Adi Mazwir dan 3 ABK warga Cina.
Sekoci kedua terombang-ambing gelombang selama setengah jam dan kemudian berhasil diselamatkan oleh petugas patroli. Sementara sekoci lainnya sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Di sekoci itulah terdapat ABK Dwi Sutrisno, lahir di Gresik (6/11/1961), jabatan Kepala Kamar Mesin, seaman book nr P036349. Suami dari Maemunah, alamat di Sidoarjo, sampai sekarang belum ditemukan.
”Ombak saat itu memang sangat tinggi sehingga beberapa kapal tidak berani mendekat untuk memberikan bantuan penyelamatan. Baru setelah setengah jam, kami diselamatkan oleh kapal penjaga pantai,” ujar seorang awak kapal.
Kedelapan ABK yang berhasil diselamatkan selanjutnya dibawa ke pelabuhan dan diberikan pertolongan semestinya serta saat ini berada di hotel Yuwandung di Nakhodka. Kecuali kapten kapal Adi Mazwir masih menjalani pengobatan di rumah sakit, selain karena usianya yang sudah tua, dia juga menderita diabetes. lihat sumbernya...
Menurut pengakuan ABK WNI, sesuai hasil investigasi tim KBRI Moskow yang disampaikan kepada detikcom 10 menit lalu, Selasa (24/2/2009), mereka tidak menyangka nasibnya akan senaas seperti yang dialaminya saat itu.
Para ABK WNI itu menuturkan kronologi bahwa pada malam hari itu The New Star bergerak dari tempat bersandar dengan meminta ijin kepada petugas pelabuhan untuk membuang sampah dan air kotor dari kapal.
Mengetahui kapal bergerak, agen perusahaan di Rusia “Viera” dalam bisnis beras tersebut meminta petugas keamanan pelabuhan untuk menghentikannya dan meminta kembali.
Awak kapal dari Cina menjawab panggilan penjaga pelabuhan dan berjanji akan kembali, namun ternyata kapal terus bergerak ke luar pelabuhan dan bahkan menyuruh Adi Mazwir pergi menuju Tiang Jin, Cina.
Kejar-kejaran 8 Jam
Masih menurut pengakuan ABK WNI, petugas keamanan dengan dua buah kapal patrolinya mengejar kapal yang mereka pacu dan mengikutinya selama 8 jam.
Dalam kegelapan malam, beberapa kali kapal milik perusahaan Cina itu disuruh untuk berhenti dengan sinyal dan radio. Karena kapal berbendera Sierra Leone ini tetap tidak menanggapi himbauan petugas patroli, maka akhirnya petugas patroli mengeluarkan tembakan.
Kebocoran kapal akibat tembakan dicoba ditanggulangi dengan teknik membuang air dan menyeimbangkan kapal. Tapi ketika mengetahui kapal tidak bisa melakukan perjalanan jauh dengan kondisi yang relatif rusak, kapal pun segera menyerah dan mengubah haluan menuju pelabuhan.
Dalam perjalanan menuju pelabuhan, terjadi cuara buruk disertai gelombang setinggi 7 meter. Kapalpun makin sulit dikendalikan karena dalam posisi miring dengan baling-baling yang tidak menyentuh air lagi. Kapal susah berjalan dan semua sepakat untuk menyelamatkan diri.
Gawatnya lagi, sekoci utama di kapal tersebut diketahui rusak dan tidak bisa digunakan. Ada dugaan telah terkena hantaman peluru yang dimuntahkan oleh petugas. Kini yang tersisa hanyalah dua sekoci tambahan, mirip dengan rakit penyelamat.
Dwi Sutrisno Hilang
Tanpa banyak diskusi, sekoci pertama diturunkan yang diisi 1 ABK WNI dan 7 ABK warga Cina, dan berikutnya baru sekoci kedua terdapat 5 ABK WNI, termasuk kapten kapal Adi Mazwir dan 3 ABK warga Cina.
Sekoci kedua terombang-ambing gelombang selama setengah jam dan kemudian berhasil diselamatkan oleh petugas patroli. Sementara sekoci lainnya sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Di sekoci itulah terdapat ABK Dwi Sutrisno, lahir di Gresik (6/11/1961), jabatan Kepala Kamar Mesin, seaman book nr P036349. Suami dari Maemunah, alamat di Sidoarjo, sampai sekarang belum ditemukan.
”Ombak saat itu memang sangat tinggi sehingga beberapa kapal tidak berani mendekat untuk memberikan bantuan penyelamatan. Baru setelah setengah jam, kami diselamatkan oleh kapal penjaga pantai,” ujar seorang awak kapal.
Kedelapan ABK yang berhasil diselamatkan selanjutnya dibawa ke pelabuhan dan diberikan pertolongan semestinya serta saat ini berada di hotel Yuwandung di Nakhodka. Kecuali kapten kapal Adi Mazwir masih menjalani pengobatan di rumah sakit, selain karena usianya yang sudah tua, dia juga menderita diabetes. lihat sumbernya...