“Ya, dari pada buang-buang waktu, lebih baik aku fokus ke kesibukanku. Berbuat untuk membuat prestasi saja. Karena percuma, ya kan,” papar perempuan bernama asli Yuli Rachmawati itu kepada Tempo di Jakarta, Rabu (18/2).
Awalnya, perempuan kelahiran Jakarta 15 Juli 1980, ini sempat geram saat mendengar namanya disebut-sebut masuk dalam situs tersebut. Namun, setelah berpikir ulang, akhirnya ia berusaha untuk tak menggubrisnya. Bahkan, bila sang pelaku pembuat situs itu ditangkap aparat hukum.
“Karena ini bukan yang pertama kalinya buat aku. Dulu, aku juga ditulis sebuah majalah esek-esek, katanya tarifku Rp 1 miliar. Aku coba telusuri majalah itu nggak jelas siapa pemiliknya, dimana alamatnya. Daripada stres, lupakan saja,” tuturnya.
Hanya saja, ia menyayangkan, mengapa situs dan majalah yang tidak bertanggung jawab seperti itu bisa tetap lolos di peredaran. Padahal, sebutnya, lembaga pemerintah yang menangani bidang informatika juga telah ada. Malah, tegasnya, tak jarang disebut-sebut perlunya penegakan secara serius aturan anti pornografi.
“Nah, kalau kepastian hukum benar-benar tegak, aku akan berusaha serius menuntut. Kalau kayak sekarang, aku pikir hanya wasting time (membuang waktu) saja. Kesibukanku sudah banyak menyita waktu,” akunya.
Mantan model majalah Maxim, Perancis ini pun berusaha menghibur diri bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah risiko yang harus dia hadapi sebagai seorang yang berkecimpung di dunia hiburan.
“Orang mau ngomong apa saja, silahkan. Yang penting, aku nggak merugikan mereka, dan apa yang aku perbuat adalah positif. Kalau mau mencari kesalahan orang itu nggak ada habisnya,” tandasnya pasrah. lihat sumbernya di sini