Menjadi anggota dewan ternyata tidak melulu menjadi angan-angan para politikus. Susanto (43), misalnya, pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang service payung ini juga ingin menjadi wakil rakat.
Santo tercatat sebagai caleg no 4 Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) untuk DPRD Tingkat II Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Santo akan berebut suara dengan caleg lainnya di daerah pemilihan (dapil) 4.
Meski sebagai tukang service payung keliling, bukan berarti Santo awam dunia politik. Santo mengaku sudah akrab dengan dunia politik sejak tahun 1995 lalu. 'Kariernya' dimulai dengan menjadi anggota PDI.
Apa yang akan dilakukan Santo jika menjadi anggota dewan kelak? Namanya juga tukang payung, cita-citanya pun tak lepas dari kata payung. Tapi tentunya payung yang dimaksud Santo bukan sekadar alat untuk melindungi tubuh dari hujan atau panas matahari.
"Saya ingin menjadikan hukum benar-benar sebagai payung kehidupan di negara ini. Hanya dengan cara itulah, kita bisa hidup tertib," ungkap Santo kepada detikcom, Selasa (24/2/2009).
Seperti caleg lainnya, Santo juga melakukan kampanye agar dirinya dipilih oleh sebanyak-banyaknya orang. Hanya saja cara berkampanyenya yang berbeda. Sebagai tukang service payung Santo memang tidak punya untuk membuat spanduk, poster apalagi memasang iklan di koran dan TV.
Santo cuma bisa melakukan kampanye 'tatap muka' alias menemui langsung orang-orang di jalanan. Dia memperkenalkan diri dan memohon restu kepada setiap orang yang dijumpainya di manapun.
Sukses tidaknya cara yang dilakukan Santo memang belum jelas. Namun yang pasti, Imam, salah seorang pedagang di Pasar Petanahan Kebumen mengaku kagum dengan Santo.
"Saya kagum ada orang berani seperti dia. Tidak ada kemewahan seperti pada kebanyakan caleg," ungkap Imam.
Sehari-hari Santo tinggal bersama dua anaknya di sebuah rumah yang hanya berukuran 6 x 5 meter di Desa Jatimulyo RT 01 RW 01, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Istrinya, Yanti, sudah lama pergi entah kemana. Santo menduga Yanti sudah tak kuasa lagi hidup bergeliman kemiskinan bersama dirinya.
"Memang secara ekonomi saya merasa sangat kekurangan. Sampai-sampai terkadang saya menjadi pergunjingan tetangga sendiri. Bahkan saya sering menjadi bahan ejekan dari beberapa tetangga saya. Tetapi biarlah, anjing menggonggong kafilah berlalu," ujar pengagum Bung Karno itu mantap. lihat sumbernya...