Rabu, 18 Februari 2009

Cerita Pasien Pertama Dewi Sulistyowati

Menurut Sumiran (50) kakak ipar Slamet, ayah Dewi Sulistyowati penemu batu petir, berdasarkan penuturan Dewi, Dewi menemukan batu di pelataran rumahnya, Kamis (12/2) lalu, bersamaan dengan hujan lebat dan sambaran petir.

“Saat itu dia melihat batu kecil berwarna coklat itu mendadak berubah seperti manusia yang berguling-guling di air. Batu itu selanjutnya diambil dan disimpan,” kata Sumiran warga Dusun Pakel, Desa Brodot, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang.

Setelah itu, Dewi bermimpi, batu itu bicara dan ingin ikut Dewi. Ny Simpen (45) adik sepupu Slamet, mengungkapkan, batu itu bentuknya kecil berwarna coklat dan permukaannya halus.

“Dengan batu itu, Dewi berhasil menyembuhkan beberapa tetangga dan keluarganya. Salah seorang yang mengaku berhasil disembuhkan batu ajaib itu adalah Sukimah (70) warga dusun setempat.

Musarofah, anak Sakimah, ditemui Surya membenarkan ibunya yang sebelumnya selama 15 hari tidak bisa jalan setelah terpeleset jatuh di kamar mandi, sekarang sudah bisa jalan, meskipun masih tertatih-tatih.

“Dia sudah bisa ke kamar mandi sendiri,” kata Musarofah. Sayangnya, Surya tidak bisa melihat langsung fisik Sukimah, karena kebetulan Sukimah sedang tidur. Musyarofah enggan membangunkan, karena takut ibunya marah.

Menurut Musyarofah, ibundanya berobat ke Dewi Sabtu (14/2) lalu. Itu setelah dirinya mendengar dari Djumalikah (38) ibunda Dewi, yang menceritakan Dewi memiliki batu yang bisa untuk menjadi sarana penyembuhan.

Maka, Sukimah kemudian digendong ke rumah Dewi. “Di sana Mbok Mah (Sukimah) diurut menggunakan batu oleh Dewi, yang katanya ditemukan saat hujan turun bersamaan dengan petir,” kata Musyarofah.

Usai dari rumah Dewi, esok harinya, ibunya sudah bisa berjalan meskipun masih tertatih-tatih. “Tasih nggremet, nanging sampun saget tindak jeding (masih terseok-seok tapi sudah bisa berjalan ke kamar mandi),” jelas Musyarofah.

Tapi Karli (65) warga setempat mengaku tidak percaya dengan pengobatan Slamet. Menurutnya, ada kemungkinan itu rekayasa dari Slamet untuk memperoleh keuntungan materi, dengan mendompleng ketenaran Ponari.

Alasannya, kata Karli, selama ini Slamet juga sudah berprofesi sebagai dukun meskipun kecil-kecil dan kurang laku. “Dia itu semacam dukun keliling,” kata Karli.
◄ Newer Post Older Post ►