Selasa, 17 Juli 2012

Pahitnya Obat

Seorang raja memiliki istri yang sangat ia cintai. Sayang, istrinya tidak bisa memberinya keturunan. Banyak tabib telah berusaha mengobatinya, namun tidak berhasil. Ia diberitahu bahwa ada seorang tabib yang sangat mahir di suatu tempat tertentu. "Panggillah ia kemari," titah sang raja. Tak beberapa lama datanglah sang tabib ke hadapan raja.

"Jika kalian ingin aku mengobatinya, maka biarkanlah aku berdua dengan sang permaisuri, tutuplah dengan hijab," kata sang tabib. Mereka kemudian meninggalkan kedua orang itu.

"Setelah kuamati bukuku, ternyata ajalmu telah dekat. Sisa umurmu tak cukup untuk mengandung dan melahirkan. Umurmu hanya tinggal 40 hari lagi," kata sang tabib kepada permaisuri raja.Setelah merasa cukup berbicara dengannya, sang tabib kemudian mohon diri.

Sejak pertemuannya dengan sang tabib, nafsu makan permaisuri sangat berkurang. Makan siang dihidangkan, namun ia tidak memakannya. Makan malam disiapkan, ia juga tidak menyentuhnya. Raja khawatir dengan keadaan istrinya.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya raja. "Orang bijak itu mengatakan bahwa umurku tinggal 40 hari," jelas istrinya. Permaisuri lalu menceritakan semua yang dikatakan oleh sang tabib.

Semakin hari tubuh sang permaisuri semakin kurus. Empat puluh hari lewat sudah, tetapi ia tidak mati juga. Raja kemudian mengutus orang untuk mengundang sang tabib. "Empat puluh hari telah berlalu, namun istriku tetap hidup," kata raja kepada sang tabib.

"Sesungguhnya aku tidak tahu kapan ajalku tiba, apa lagi ajal orang lain. Namun saat itu, aku tidak menemukan obat yang lebih manjur dari berita yang menakutkannya. Istrimu selalu makan yang nikmat-nikmat sehingga lemak menutup rahimnya. Sekarang temuilah dia dan kumpullah dengannya. Insyaa Allah dia akan hamil." 

Tak lama kemudian tersebar berita bahwa permaisuri raja hamil.

*photo credit:  Jane Allinson (Arab Story Teller. c. 1928)
.
.

◄ Newer Post Older Post ►