Senin, 23 Juli 2012

Tinjauan Pustaka Feed Suplement Makanan Unggas

Tinjauan Pustaka Feed Suplement Makanan Unggas


Feed suplement adalah tambahan pakan yang berasal dari zat gizi seperti dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, asam amino, enzim hormon dan lain-lain. Pengelompokan feed suplement didasarkan atas aktivitas dan cara kerjanya sebagaimana diterangkan di bawah ini. Peningkatan nilai manfaat penggunaan dapat dilakukan dengan memberikan bahan makanan tambahan. Bahan makanan tambahan tersebut dapat berupa zat gizi atau disebut dengan feed suplement dan zat non gizi atau feed additive. Fungsi feed suplement adalah untuk memperbaiki pakan. Beberapa contoh feed suplement adalah asam amino, suplemen mineral dan suplemen vitamin.

Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak seperti dengan menambahkan feed additive termasuk didalamnya obat obatan atau antibiotik sintetis seperti amoxicillin, tetracycline, nitrofuran, penicillin, dll. Pemberian obat obatan tersebut terbukti dapat meningkatkan resistensi mikroba dalam saluran pencernaan sehingga Komisi Eropa melarang beberapa macam antibiotik ditambahkan kedalam ransum (The European Parliament and the Council of the European Union, 2003). Van den Bogaard et al. (2001) melaporkan bahwa kesalahan dalam cara memberikan antibiotik baik dalam hal batas penggunaan maupun penggunaan yang terus menerus dapat meningkatkan resistensi mikroba yang terdapat dalam saluran pencernaan.

Penggunaan antibiotik mengakibatkan diproduksinya produk metabolit dalam bentuk residu antibiotik dan dapat terakumulasi kedalam produk ternak seperti daging, telur, susu dan jaringan tubuh lainnya (Jetacar, 1999). Mumtaz et al. (2000) melaporkan bahwa residu obat obatan didapatkan dalam daging unggas setelah beberapa hari pemberian obat obatan tersebut dan daging yang terkontaminasi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Naeem et al. (2006) mendapatkan residu Quinolones dalam hati dan ginjal lebih banyak dibandingkan didalam daging dan telur ayam.

Ladefoged (1996) melaporkan bahwa residu antibiotic dalam saluran pencernaan dapat mengakibatkan terbunuhnya mikroflora didalam saluran pencernaan dan gangguan pencernaan. Residu tersebut dapat terakumulasi pula dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi produk ternak yang mengandung residu antibiotik tersebut dan dapat mengakibatkan alergi, resistensi (Sundlof and Cooper, 1996), hipersensitif terhadap stimulant, karsinogenik, mutagenic dan Nurhayati dkk/Animal Production 11 (2) 103‐108 104 toksisitas (Voogd, 1981).

Follet (2000) melaporkan bahwa resistensi antibiotik pada manusia tidak nyata disebabkan oleh orang tersebut mengkonsumsi produk ternak yang mengkonsumsi antibiotik yang sama. Hal senada disampaikan Donoghue (2003) bahwa residu antibiotic dalam produk unggas yang dapat dikonsumsi akan berkurang dan mencapai level toleransi dua hari setelah antibiotik tersebut dihentikan pemberiannya. Situasi ini mendorong ahli nutrisi ternak untuk mendapatkan bahan pakan tambahan yang bersifat alami sehingga fungsi feed additive tidak hanya sebagai pakan tambahan tetapi juga dapat meningkatkan kualitas ransum, memperpanjang masa simpan dan mencegah tumbuh dan berkembangnya bakteri pathogen yang hidup dalam saluran pencernaan ternak tanpa mengakibatkan pengaruh negative kepada ternak dan manusia seperti terbentuknya produk metabolit sekunder.
◄ Newer Post Older Post ►