Berpuasa pada Bulan Ramadan membutuhkan kondisi fisik yang prima. Namun, bagaimana dengan seseorang yang menderita penyakit tertentu?
Puasa Ramadan adalah rukun Islam ketiga. Puasa tersebut merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi umatnya. Namun, untuk orang-orang dengan penyakit tertentu, seperti maag, diabetes atau yang sudah berusia lanjut, diperlukan kiat-kiat tersendiri untuk menjalankan puasa yang sehat.
Internis sekaligus konsultan Geriatri, Dr dr Siti Setiati SpPD K-Ger MEpid menuturkan, menjelang puasa ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pasien. "Pertanyaan yang ditanyakan mengenai apakah puasa aman bagi seseorang yang menderita penyakit kronis? Atau pasien juga banyak bertanya puasa aman tidak pada orang yang sudah berusia lanjut?" katanya pada saat acara simposium mini yang diadakan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PBPAPDI) di Universitas Indonesia.
Pada acara yang mengusung tema "Tetap Sehat dan Bugar Selama Bulan Puasa Ramadan", Setiati lebih khusus menjelaskan puasa yang dilakukan seseorang yang sudah berusia lanjut. Maklum saja, para lansia itu biasanya adalah pasien geriatri, yaitu pasien dengan usia lanjut dengan riwayat memiliki banyak penyakit sehingga harus mengonsumsi banyak obat, adanya fungsi organ tubuh yang menurun, sehingga terdapat gangguan aktivitas hidup sehari-hari.
Beberapa kiat-kiat perlu dilakukan seorang lanjut usia (lansia) untuk menjalankan ibadah puasa ini |
"Beberapa kiat-kiat perlu dilakukan seorang lanjut usia (lansia) untuk menjalankan ibadah puasa ini," kata Setiati yang bertugas pada Divisi Penyakit Geriatri, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Setiati mengatakan, puasa dalam usia lanjut ini akan aman dilakukan apabila mereka mencukupi asupan cairan. Di mana untuk usia lanjut, asupan cairan selama puasa adalah sekitar 1,5-2 liter/hari. Selain itu, pada orang lanjut usia akan aman jika tidak ada penyakit yang serius selama puasa Ramadan.
"Puasa akan aman selama minumnya cukup. Selama asupan cairan tersebut terpenuhi, maka tidak ada gangguan fungsi ginjal," ucap Setiati. Setiati menjelaskan, usia lanjut akan aman berpuasa jika kondisinya stabil, penyakitnya terkontrol, dan tidak ada infeksi akut. Perlunya pencegahan agar tidak terjadi kekurangan cairan harus diperhatikan. "Cara mencegah kekurangan cairan adalah dengan meminum 2 gelas air saat berbuka puasa, 3-4 gelas setelah tarawih atau sebelum tidur, 1 gelas saat bangun tidur sebelum sahur, dan 1-2 gelas saat sahur," ujarnya.
Perhatikan juga komposisi gizi yang harus seimbang. Batasi makanan yang digoreng dan tinggi lemak. Saat sahur, batasi minuman teh/kopi dan dianjurkan konsumsi makanan yang lambat dicerna dan tinggi serat. Juga batasi makanan yang lebih cepat dicerna seperti gula. "Untuk makanan saat berbuka, sangat dianjurkan konsumsi kurma karena mengandung gula serat, karbohidrat, kalium, natrium, kalsium, fosfor, zat besi, dan magnesium," paparnya.
Puasa aman bagi penderita maag juga bisa dilakukan. Pada saat berpuasa,terutama 6-8 jam setelah puasa, maka perut akan kosong dan akan menyebabkan peningkatan asam lambung yang dapat menyebabkan gejala sakit maag. "Pada orang yang terdapat penyakit maag, puasa akan memperberat kondisi sakit lambungnya jika tidak diobati dengan tepat," ungkap dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM, Dr Ari Fahrial Syam SpPD KGEH.
Ari menjelaskan, pada umumnya, penderita sakit maag dapat berpuasa terutama jika sakit maagnya hanya gangguan fungsional. Adapun pada pasien yang sudah mempunyai sakit maag kronis perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terlebih dahulu atau melaksanakan puasa dengan tetap minum obat. "Jangan makan berlebihan pada saat sahur atau berbuka," ucap dokter yang juga staf divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.
Dikatakan Spesialis Penyakit Dalam, Dr Dante Saksono SpPD, bagi penderita diabetes, puasa menyebabkan gula darah menjadi turun. Namun, orang-orang yang tidak boleh berpuasa pada penyandang diabetes adalah penderita diabetes tipe 1, pasien dengan insulin dosis tinggi, pasien diabetes yang sakit berat, pasien diabetes pada penderita kehamilan, pasien yang pernah mengalami konflikasi berat seperti ketoasidosis DM.
*sindo/oke
.
.