Senin, 02 Maret 2009

Caleg Mantan Petinju 'Orang Gila Baru'

Pemilihan umum April nanti terbilang istimewa. Para calon anggota legislatif datang dari berbagai kalangan, tidak hanya poltisi kalangan yang selama ini tak pernah bersentuhan dengan politik pun nekad berebutan kursi wakil rakyat.
Jangan heran kalau ada seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurusi urusan keluarga, atau anak yang baru lulus SMA, menjelang massa pemilu ini mendadak jadi politisi. Gustaf Ridolof Pattinama (44) punya sebutan nyeleneh untuk kelompok politisi dadakan itu, yaitu 'orang gila baru'.

Namun, masyarakat tidak boleh memandang remeh 'orang gila baru' itu. Calon anggota legislatif dari Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI) dapil 2 Nusaiwe, Ambon ini, menilai "orang gila baru" itu bisa bekerja lebih baik sebagai wakil rakyat.

"Pilih yang tepat dan lihat mana orang gila baru dan mana orang gila lama, yang barani bataria (berteriak) sala di atas sala dan benar di atas benar," begitu bunyi kalimat di baliho Ridolof yang dipajang di kawasan Benteng.

Hal ini terbalik dengan "orang gila lama". Sudah duduk di DPRD, namun menurut Ridolof, mereka tidak bisa menyuarakan kepentingan rakyat.

Publik Ambon mengenal Ridolof selama ini sebagai petinju. Dia pernah merebut emas kelas ringan junior Teddy van Room Cup 1982. Pada kejuaraan yang sama tahun 1983, diapun kembali merebut medali emas di kelas bulu junior. Prestasinya memang tidak terlalu bersinar, sebab saat itu petinju asal Maluku yang punya prestasi bisa dibilang jumlahnya seperti kacang goreng.

Tahun lalu, Ridolof menjadi pelatih tim tinju Kabupaten Aru. Meskipun sejumlah pengamat mengkritik gaya kepelatihannya, Ridolof berhasil mengangkat harkat kontingen Aru menjadi juara umum Kejuaraan Terbuka Piala Walikota Ambon 2008.

Sekarang Ridolof bertarung lagi di ajang pemilihan caleg. Meski gelanggangnya berbeda, Ridolof tetap optimis bisa kembali memukul KO lawan-lawannya.

"Sekarang pakai sistem suara terbanyak. Hasil dua kali pemilu lalu membuktikan bahwa pemilih beta seng akan lari (tidak akan lari). Jadi beta optimis bisa pukul KO lawan-lawan lagi," kata pria kelahiran 10 Oktober 1964 ini.

Ridolof memang sudah pernah dua kali menjadi caleg. Pada 1997, dia menjadi caleg Golkar untuk DPRD Kota Ambon dengan nomor urut 10 pada Dapil Kecamatan Nusaniwe.

Tahun 2004 lalu, Ridolof kembali dicalonkan PKP Indonesia dengan nomor urut 9 untuk DPRD Kota Ambon dari Dapil Nusaniwe.

"Dua kali jadi caleg, beta pukul KO semua lawan. Cuma nomor urut beta di bawah. Waktu itu masih pakai nomor urut, jadi orang lain yang masuk dewan," ujarnya, pekan lalu.

Untuk pemilu kali ini, Ridolof punya kepercayaan diri yang tinggi sebelum naik 'ring'. Pria yang pernah menjadi Deklarator Perjanjian Malino ini begitu percaya diri mempromosikan dirinya kepada masyarakat. Tengok saja balihonya. Ridolof mengenakan mantel loreng, giwang di telinga dan kacamata ray-band di kepala, berbeda dengan caleg lain yang berusaha tampil formal dan rapih.

Masih ada yang "gila" dari baliho Ridolof. Pada bagian bawah potret dirinya, namanya tertulis Gustaf Ridolof Pattinama, HHS. Gelar HHS itulah yang menimbulkan banyak Tanya. Apakah itu gelar kesarjanaan?

"HHS itu bukan gelar sarjana. HHS itu kependekan dari hari-hari sopi (tuak,arak). Itu artinya beta dari kalangan rakyat jelata," terangnya. lihat sumbernya...
◄ Newer Post Older Post ►