Pada perdagangan saham Kamis (29/1) IHSG ditutup naik 3,199 poin (0,24%) menjadi 1.324,650. Indeks LQ-45 naik 1,169 poin (0,45%) menjadi 260,869 dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 1,452 poin (0,68%) menjadi 212,718.
Bursa saham Indonesia di awal perdagangan dibuka menguat di posisi 1.321 dan merambat naik tipis hingga pada sesi siang bertengger di level 1.323. Terapresiasinya bursa regional yang signifikan tidak cukup kuat mendorong penguatan IHSG, yang ditutup naik tipis ke level 1.324.
Analis BNI Securities Norico Gaman mengatakan, terbatasnya penguatan indeks ini disebabkan munculnya beberapa masalah di pasar saham domestik. Seperti kerugian derivatif yang menimpa sektor perbankan, kasus beberapa sekuritas lokal serta aksi emiten yang menyimpang dari aturan pasar modal.
“Akibatnya investor pasar modal menjadi ragu untuk berinvestasi. Mereka malah lebih memilih untuk menunggu agar situasi lebih jelas lagi,” katanya. Sementara ekspektasi pemulihan ekonomi dalam negeri sebenarnya mulai terlihat, ditunjukkan dari perkiraan rendahnya inflasi Januari serta tren suku bunga yang turun.
“Pelaku pasar saat ini juga menantikan implementasi stimulus fiskal yang dikucurkan pemerintah untuk menggerakkan sektor riil,” ulasnya. Investor terlihat menahan diri bertransaksi ini sehingga nilai transaksi hanya mencapai Rp 1,057 triliun dengan volume 1,417 miliar unit saham dan 31.138 kali transaksi. Tercatat 47 saham naik, 72 saham turun dan 44 saham stagnan.
Naiknya IHSG juga imbas dari penguatan bursa regional sebagai respon terapresiasinya bursa AS semalam. Optimisme pasar global kembali muncul setelah DPR AS memutuskan menerima proposal paket stimulus US$ 819 miliar. Juga program ‘bad bank’ pemerintahan Obama untuk menghilangkan aset-aset bermasalah di sektor perbankan AS.
Beberapa emiten yang berhasil menguat adalah PT Merck (MERK) yang naik Rp 3.500 menjadi Rp 33.000, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) melonjak Rp 275 menjadi Rp 4.525, PT Redland Asia Capital (PLAS) naik Rp 120 menjadi Rp 840, dan PT Excelcomindo Pratama (EXCL) naik Rp 100 ke Rp 1.200.
Demikian pula saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) naik Rp 40 menjadi Rp 770, PT Adaro Energy (ADRO) naik Rp 30 menjadi Rp 720, PT Bank Mandiri (BMRI) naik Rp 30 menjadi Rp 1.830, dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik Rp 25 menjadi Rp 2.050 per lembar.
Sementara itu emiten yang melemah adalah PT Unilever Indonesia (UNVR) yang turun Rp 150 menjadi Rp 7.900, PT Indosat (ISAT) menyusut Rp 100 ke Rp 5.650, PT London Sumatra Indonesia (LSIP) turun Rp 75 menjadi Rp 2.925, PT Telkom (TLKM) melemah Rp 50 menjadi Rp 6.300 dan PT Bumi Resources (BUMI) turun Rp 20 menjadi Rp 490.
Sementara bursa saham Asia kebanyakan menguat. Bursa Jepang naik dipimpin saham perbankan dan asuransi dengan harapan rencana pemerintah AS membeli aset bermasalah perbankan serta kenaikan Wall Street dan lemahnya yen. Indeks Nikkei naik 144,95 poin (1,8%) menjadi 8.251,24. Sedangkan indeks Topix naik 14,14 poin (1,8%) menjadi 818,47.
Indeks Kospi di bursa Korea naik 0,74% pada level 1.166,56 didukung kenaikan sektor perbankan. Namun, kenaikan menjadi terbatas akibat pelemahan sektor telekomunikasi.
Selain itu, indeks Hang Seng di bursa Hong Kong naik 4,58% menjadi 13.154,43 dan indeks KLCI di Malaysia naik 3,53 poin (0,40%) di level 883.16
Adapun indeks STI di Singapura turun 2,93 poin (0,17%) menjadi 1.763,15 dan indeks Sensex di India turun 75,18 poin (0,81%) ke level 9.182,29. Masih ada beberapa bursa yang tutup seperti di China, Taiwan dan Vietnam.