- Dibuatnya "PROBIOTIK" khusus belut untuk efisiensi pakan dan probiotik untuk menekan amoniak dalam media budidaya.
- Dibuatnya "PABRIK PELET" khusus pakan belut yang murah dan berprotein tinggi serta bebas dari bakteri paktogen (Typus dan Coli).
- Dibutuhkannya "PUPUK ORGANIK" yang bisa menumbuhkan dan melipatgandakan jumlah cacing lor sawah yang ada di media lumpur budidaya dan penumbuh hewan-hewan remi (zooplankton) serta tumbuhan remik (phytoplankton) di media air bersih.
- Terbentuknya "PENYULUH PERIKANAN" (PPL) khusus budidaya belut baik dari pemerintah maupun swasta sebagai pendamping petani dalam melaksanakan budidaya.
- Pabrik "ABON BELUT" skala rumah tangga.
- Pabrik "DENDENG BELUT" skala rumah tangga.
- Pabrik "KRUPUK BELUT" skala rumah tangga.
- Budidaya cacing "Lumbricus Rullebusatau Lumbricus Perretyma" sebagai rekanan atau pemasok bibit cacing kepada petani belut.
- Pemancingan "KHUSUS" belut termasuk restorannya yang menyajikan menu aneka masakan belut.
Latar Belakang usaha
Budidaya belut secara intensif belum banyak dikembangkan di Tanah Air. Artinya, ini peluang emas sebagai sebuah lahan bisnis, mengingat permintaan di pasaran, baik terhadap produk segar maupun olahan belut terbilang tinggi. Namun, ironisnya, banyak petani yang mengalami kegagalan, bahkan akhirnya banting setir ke komoditas pertanian yang lain. Budidaya belut dituding sebagai sumber kegagalan budidaya, bahkan sampai saatinipun masih banyak pihak-pihak tertentu yang masih belum percaya dengan "budidaya belut" dengan menggunakan kolam buatan, namun dalam kenyataan sudah terbukti budidaya belut menggunakan kolam buatan sudah banyak yang berhasil baik menggunakan media lumpur maupun media air bersih.
Seperti yang pernah di sampaikan rekan saya, "Bpk Budy. Kuncoro. SPi (semarang)" di Koran suara merdeka , di Halaman Surat Pembaca:
Sampai saat ini Dinas Perikanan tidak mau mengeluarkan SOP (Standart Operasional Prosedur) dan juga tidak mau mengeluarkan Surat Pelarangan Budidaya Belut. apabila Budidaya Belut memang “merugi” apabila dibudidayakan. Padahal disana Gudangnya orang orang pandai di Bidang Perikanan bahkan sudah banyak yang menyandang Gelar S2. Kalau kita ajak Riset bersama untuk Penelitian Jangka Panjang yang kalau berhasil bisa untuk membantu petani Belut, mereka menolaknya. jawabannya Klise, mas Program tahun ini sudah di “GedoG” bukan untuk belut, tapi untuk ikan ini-itu. Jadi selama 1 tahun petani belut kita “Pusing” menantinya, dan belum tentu tahun depannya bakal untuk belut.
Kalau Begini terus , kapan kita bisa Maju seperti negara THAILAND yang Pemerintahnya begitu getol memperhatikan dan membantu petaninya. Kalu cuma tanya “MANA PETANI YANG SUDAH BERHASIL ??” Itu adalah Pertanyaan “aneh” !! , justru yang penting adalah : Ayoo….kita bersama – sama dengan penuh semangat meneliti belut , membantu petani sampai ditemukan Metode yang kita nilai berhasil secara Perhitungan Analisa Usaha….dan jangan sampai malah Petani yang menemukan Metodenya…….Kalau kita melarang mereka jangan Budidaya Belut dan ternyata nantinya Mereka Berhasil, …ya….kita sangat malu sebagai orang Perikanan yang menyandang Gelar Sarjana dan mereka…..cuma “kebanyakan” lulusan SD….Lho Kok lebih pandai mereka ya !!!
Di ambil dari berbagai sumber