Selama ini kita kerap mendengar kampanye penurunan berat badan untuk mencegah risiko penyakit kardiovaskuler. Namun, sebuah studi anyar mengungkap bahwa timbunan lemak berlebih tak melulu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, seperti serangan jantung.
"Risiko besar hanya menempel pada orang-orang dengan diabetes, yang juga memiliki sejumlah faktor terkait peningkatan risiko gangguan kesehatan metabolik," kata Mark Hamer, kepala penelitian dari University College London, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Indikator kesehatan metabolik antara lain: tekanan darah normal, kadar gula darah normal, memiliki jumlah kolesterol baik yang cukup, dan tingkat aman protein C-reaktif yang berhubungan dengan adanya peradangan dalam tubuh.
"Orang dengan kesehatan metabolik bagus tidak memiliki risiko tinggi mengalami gangguan jantung, meskipun dia dalam kondisi obesitas," Hamer menambahkan.
Dengan kata lain, mereka yang memiliki berat badan ideal atau kurus juga perlu waspada dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Bukan tak mungkin mereka yang langsing memiliki kondisi kesehatan metabolik buruk.
"Risiko besar hanya menempel pada orang-orang dengan diabetes, yang juga memiliki sejumlah faktor terkait peningkatan risiko gangguan kesehatan metabolik," kata Mark Hamer, kepala penelitian dari University College London, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Indikator kesehatan metabolik antara lain: tekanan darah normal, kadar gula darah normal, memiliki jumlah kolesterol baik yang cukup, dan tingkat aman protein C-reaktif yang berhubungan dengan adanya peradangan dalam tubuh.
"Orang dengan kesehatan metabolik bagus tidak memiliki risiko tinggi mengalami gangguan jantung, meskipun dia dalam kondisi obesitas," Hamer menambahkan.
Dengan kata lain, mereka yang memiliki berat badan ideal atau kurus juga perlu waspada dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Bukan tak mungkin mereka yang langsing memiliki kondisi kesehatan metabolik buruk.
Hamer melakukan penelitian untuk mengingatkan masyarakat agar tak terjebak anggapan salah. Mengingatkan bahwa berat tubuh ideal atau langsing bukan indikator utama untuk menentukan kesehatan kardiovaskuler. Yang penting adalah kesehatan metabolik.
"Berat tubuh tak memberi jaminan apapun. Mereka yang langsing tapi memiliki kadar kolesterol jahat tinggi dan tekanan darah tinggi, tentu memiliki risiko besar mengalami serangan jantung," ucap Hamer.
Dr. Cora Lewis, profesor kesehatan dari University of Alabama, yang tak tak terlibat dalam penelitian ini mengangguk sepakat. "Intinya jangan hanya terjebak pada gemuk atau langsing, tapi perhatikan kondisi kesehatan secara menyeluruh," katanya.
Penelitian yang melibatkan 22.000 partisipan usia setengah baya di Inggris dan Skotlandia ini dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.