Inovasi dan kreativitas menjadi salah satu kunci sukses dalam berbisnis. Hal ini telah dibuktikan oleh Anafiah Rahmawati, di mana berbekal inovasi dan kreativitas, hasil laut bisa diolah menjadi komoditas andalan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir Pantai Ken-jeran,Jawa Timur.
Kerupuk adalah lauk, itu dulu, namun sekarang, dengan sedikit inovasi dan kreativitas jenis kerupuk masa kini makin variatif dan fungsinya meluas sebagai camilan yang disukai rua-muda.
Tengok saja pada penyelenggaraan pameran Pdsar
Indonesia Goes to Mall yang diselenggarakan Bank Mandiri di Mal Margocity, Depok, belum lama ini. Stan "Kmpuk Risma" termasuk yang paling ramai dikunjungi. Pengunjung umumnya penasaran dengan aneka camilan kriuk yang jarang ditemui di Depok atau Jakarta.
"Kami datangdari Ken jeran, Surabaya," ujar Anafiah Rahmawati, sang pemilik stan, ditemui SINDO di sela-sela kesibukannya meladeni pembeli.
Pesisir Pantai Kenjeran yang terletak di utara Surabaya memang sejak lama dikenal sebagai sentra produksi kerupuk olahan hasil laut. Salah satudesa pesisir Pantai Kenjeran yang layak dijuluki kampung kerupuk adalah Kelurahan Sukolilo, tempat tinggal Anafiah. "Dulunya yang memulai (pembuatan kerupuk) adalah para nelayan pesisir Kenjeran ini. Kalau kebetulan tangkapan ikan sedang sepi, mereka menganggur. Jadi mereka coba-coba membuat kerupuk supaya penghasilannya lebih baik," tuturnya.
Anafiah mewarisi usaha produksi dan berjualan kerupuk dari ayahandanya. Saat sang ayah merintis usaha pada 1995,produksi kerupuk olahan hasil laut jenisnya masih terbatas pada kerupuk ikan, ter-ipang, dan terung laut. Umumnya bahan baku kerupuk didapat dari hasil melaut nelayan setempatataunelayandiPulau Madura.
Seiring berjalannya waktu, Anafiah dan produsen kerupuk lainnya makin rajin berinovasi dengan mencoba menciptakan jenis kerupuk dan keripik baru. Setiap item hasil laut dioptimalkan pemanfaatannya. Misalnya dari jenis ikan, bisa tercipta kerupuk kulit ikan kakap, kulit ikan pari, hingga kerupuk lambung ikan. Dengan racikan bumbu tertentu, ikan asin juga disulap menjadi rempeyek renyah yang banyak disukai. "Kunci-nya berani mencoba. Kalau gagal tidakapa-apa,dicoba lagi terus, lama-lama makin maju," ucapnya.
Aneka kerang seperti kupang (sejenis kerang kecil) dan kerang bambu atau di Madura terkenal dengan sebutan lorjuk, setelah diolah temyata juga bisa menjadi santapan lezat. Lorjuk yang telah digoreng hingga ke-cokelatan misalnya, rasanya gurih agak manis walaupun tanpa tambahan gula.
Lantaran susah dicari, lorjuk yang biasa hidup di pasir pantai atau tersembunyi di antara karang, umumnya berharga lebih mahal dibanding kupang. "Tapi sejauh ini yang paling mahal itu kerupuk ekor kerang,harganyaRp50.000per ons," sebut Anafi ah.
Menurut Anaf ian, hasil laut yang telah diolah menjadi kerupuk harga jualnya memang jauh lebih tinggi dibanding mentahnya. Dia mencontohkan teripang yang masih basah (mentah) harganya hanya Rpl.500 per kilogram, padahalsetelah menjadi kerupuk harga jualnya saat ini mencapai Rpl60.000 per kilogram. Selain badan teripang, telurnya pun masih bisa diolah menjadi kerupuk.
Anafiah tentu tak sendirian memproduksi aneka kerupuk olahan hasil laut. Dia dibantu 15 karyawan yang mengerjakan proses produksi secara berantai. Mulai mengumpulkan bahan baku dari nelayan, membersihkan, menjemur, hingga menggoreng. Sebagai contoh, untuk membuat kerupuk teripang, karyawan yang bertugas menggoreng dengan pasir di-bedakan dengan karyawan yang menggoreng dengan minyak. "Teripang yang setengah matang atau baru digoreng pasir bisa disimpan sebagai stoksampai setan unlebih.Tapi kalau sudah digoreng minyak, paling tahan sekitar sebulan," ungkap.
Saat ini toko"Krupuk Risma" milik Anafiah yang beralamat-kan di ruko Jalan Sukolilo Sukorejo 4, Surabaya, menjual lebih dari 30 jenis kerupuk dan keripik. Sebut saja kerupuk kupang, timun laut, teripang, teripang telur.gerinting udang, kentang udang mini, blinjoudang, kerang lorjuk, kancur (ekor kerang), kulit ikan pari, kulit tengiri, kulit kakap, lambung ikan. Ada pula produk non hasil laut seperti keripik gayam, kerupuk rambak sapi, belut merah, dan cakar ayam. "Makin banyak pilihan, orang makin senang, pembeli juga tambah banyak," ujarnya.
Dari sekian banyak produk, ungkap Anafiah, salah satu produk kerupuk yang menjadi favorit adalah kentang udang mini yang dibanderol Rp5.000 per ons. Bahan baku kentang udang didatangkan Anafiah dari Malang untuk kemudiandibumbui rempah sehingga rasanya lebih enak. Pembelinya tak hanya. masyarakat umum melainkan reseller dari Batam yang memesan kentang udang hingga 20 ton per bulan. "Selain Batam, kerupuk kulit kakap kami juga pernah dikirim ke Papua," ucapnya.
Dengan pemasaran yang masih konvensional, yakni dari mulut ke mulut, Anafiah bisa menjual sampai 1 kuintal lebih kerupuk dan keripik per bulan. Jika mengikuti pameran, omzet yang diperolehnya melonjak dan yang pasti produknya menjadi lebih dikenal luas.
Oleh karena itu, Anafiah merasa beruntung diikutkan dalam ajang pameran yang diselenggarakan Bank Mandiri. Anafiah menuturkan, sejak 2009 " Krupuk Risma" memang telah menjadi Mitra Binaan Bank Mandiri. Saat itu, dia berkesempatan memperoleh pinjaman Program Kemitraan yang dimanfaatkan untuk menambah modal usahanya. "Harapan saya, sel ain usaha ini bisa lebih maju dan berkembang, juga bisa lebih dikenal masyarakat melalui dukungan pameran dari Bank Mandiri," ucapnya.
Kendati produsen dan penjual kerupuk olahan hasil laut di kampungnya saat ini semakin bertambah, Anafiah tidak takut tersaingi. Dia justru senang karena produk kerupuk Kenjeran menjadi salah satu oleh-oleh khas Surabaya. Agar lebih menarik, beberapa produk "Krupuk Risma" dikemas apik dalam kantong aluminium foil. "Toko kerupuk di Kenjeran itu berderet-deret. Tapi, saya lebih suka banyak pesaing, jadi orang bisa memilih. Lebih banyak pesaing lebih enak," katanya.
Sumber: Harian Seputar Indonesia 9 Maret 2012, Hal 1