Muxlim pertama kali dikembangkan oleh Mohammad El Fatrary dari Uni Emirat Arab pada 2006 silam. Situs itu menyediakan berbagai sarana komunikasi dan mengekspresikan diri seperti yang disediakan oleh situs pertemanan umum yang lebih populer.
Mulai dari chatting, content sharing, jajak pendapat, berita-berita dari negara Islam, serta menampilkan profil lengkap dengan avatar. El Fatatry yang sempat bersekolah di Finlandia pada 2004, tertarik membuat situs itu karena ia tidak puas dengan situs-situs semacam itu yang ada saat ini.
“Meski berisi muatan religius atau politik, tidak satu pun yang sesuai dengan selera saya untuk berbagi banyak hal soal mode, musik, atau film dengan pengguna lainnya,” ujarnya kepada International Herald Tribune, Senin (23/3).
Situs itu memang tidak menerapkan kebijakan muatan. Namun pengawasnya memantau penggunaan bahasa atau pemuatan gambar yang tidak pantas. Beberapa pengguna mengaku situs itu lebih mudah digunakan.
Ahmadzai, seorang remaja Afghanistan yang tinggal di Finlandia mengatakan pengguna situs itu bisa mendapat manfaat ganda selain mendapat teman. Ia bisa mempelajari atau mendapat informasi mengenai Islam dan pemeluknya. Non-Muslim juga bisa bergabung dengan situs tersebut.
El-Fatatry mengatakan potensi pasar yang disasarnya cukup besar. “Dimana lagi anda bisa menemukan potensi pasar khusus (niche market) sebesar seperlima populasi dunia?” tandasnya. (inilah.com)