Perangkat lunak yang dikembangkan Conservation Research Ltd ini menggunakan algoritma buatan Ullas Karanth dari program konservasi harimau Wildlife Conservation Society (WCS). Algoritma tersebut dapat membedakan pola belang setiap individu seperti halnya pengenal sidik jari.
Dari hasil pemindaian pola belang dalam foto dapat dibuat model tiga dimensi yang akan memperlihatkan sosok harimau. Dengan demikian, para peneliti dapat membandingkan satu foto dengan lainnya untuk menentukan seberapa sering harimau tersebut muncul dan seberapa banyak populasi yang terdeteksi.
"Software baru ini akan memudahkan para konservasionis untuk mengidentifikasi setiap individu harimau dan memperkirakan populasinya," ujar Karanth, apalagi, seperti dilaporkan dalam jurnal Biology Letters edisi teranyar, tingkat akurasinya mencapai 95 persen.
Penggunaan perangkat lunak tersebut akan membantu upaya konservasi harimau yang semua jenisnya terancam punah di seluruh dunia. Berbagai jenis harimau merupakan satwa endemik di sejumlah daerah, seperti di Nepal, Indonesia, Rusia, dan China. Misalnya untuk mendukung upaya identifikasi selama ini yang dilakukan dengan memasang kamera-kamera pengintai yang disebar di dalam hutan. (kompas.com)