Sabtu, 07 April 2012

Tanyakan Kepada Sang Badai




Aku bersimpuh di kaki Sang Badai

Serpihan uzurku ruku’ bersama gelombang badai

Badai yang terus bertasbih merajam kehampaan

Menghempaskan rintihan keakuanku

Bagai bangkai terkoyak di tebing karang

Melemparkan kerinduanku

Menyeberangi mega - mega di sudut cakrawala

Aku adalah anak bajang

Yang lahir dan ditimang dalam pusaran badai

Deru suara badai melantunkan seruling wahyu

Penuntun bait jiwaku

Kepakan sayap jala – jala kabut Sang Badai

Membungkam kebutaanku dengan tajjali agung

Wahai derita…….

Bersedihlah karena air mata ini bukan lagi bagimu

Wahai keputusasaan dan kecewa…….

Nikmatilah kesendirianmu

Karena aku tak pernah lagi menghampirimu

Wahai Isro’il…….

Datanglah kapan kau mau

Karena engkaupun tak akan mampu

Menyakiti dan menakutiku

Mengapa…….

Karena kepala ini sudah aku serahkan kepada Sang Badai

Wahai pengecut dan penakut…….

Jangan ikuti langkahku meniti badai

Karena kerajaanmu akan bertabur menjadi debu

Wahai keledai – keledai picik…….

Jangan kau baca puisiku

Karena tidak ada janji surga menantimu

Mengapa…….

Karena hanya seekor anjing

Yang bisa menari bersamaku dalam liukan badai

#Sebuah nama yang tak pernah mati
@19 Okt 2003


*)Photo: Montana Thunderstorm by Sean Heavey. This photo is from 2010 National Geographic Photography Contest Wallpaper Week 4.
.
.

◄ Newer Post Older Post ►