Hingga Senin (27/8) masih belum jelas benar, kapan dan dimana jenazah mantan astronot AS, Neil Armstrong, akan dimakamkan. Ditengah ketidakjelasan ini, muncul saran agar penjejak kaki pertama di Bulan ini sebaiknya dimakamkan di Bulan.
Neil Armstrong, Diusulkan di Makamkan di Bulan |
Pemakaman unik yang dilontarkan staf Badan Ruang Angkasa AS (NASA) ini kabarnya pernah disampaikan Armstrong kepada keluarganya. Terlepas dari ditanggapi atau tidaknya saran atau pemintaan itu, upacara penghormatan terakhir akan diberikan Pemerintah AS kepada Neil Armstrong dan keluarga pada 30 Agustus nanti.
Neil Armstrong meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Sabtu, 25 Agustus lalu di Cinncinati, Ohio, AS, akibat penyumbatan pembuluh darah di jantung. Kepergiannya tidak saja membuat sedih warga AS, tetapi juga dunia. Itu karena misi perjalanannya ke Bulan dengan kapsul Apollo 11 yang amat bersejarah dan mempertaruhkan nyawa disaksikan penuh bangga oleh 600 juta orang lewat layar televisi. Armstrong kemudian tercatat manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan, sementara rekannya, Edwin Aldrin, sebagai orang kedua yang menjejakkan kaki di tempat yang sama.
Dalam misi yang bahkan hingga kini masih sulit dipercaya tersebut, Armstrong bertindak sebagai komandan perjalanan. Di masa itu, sebagian besar mata dunia melihat misi Apollo 11 sebagai langkah besar umat manusia dalam upaya pencarian batas baru di luar Bumi. Sementara, sebagian kecil melihatnya sebagai puncak pertarungan AS-Uni Soviet yang amat menyeramkan dalam lomba luar angkasa (space race) yang meletup sejak 1957. Tak mau kalah untuk ketiga kalinya, pada 1961, Presiden John F. Kennedy mencanangkan Apollo sebagai proyek ambisius mendaratkan manusia di Bulan. Setelah NASA menuntaskan misi Apollo 17 pada 1972, tidak ada lagi upaya untuk mengirim manusia ke benda langit yang berjarak 400.000 km dari Bumi itu.
Sejarah mencatat, pencanangan Apollo dilakukan setelah Gedung Putih diguncang berita keberhasilan Uni Soviet sebagai negara pertama yang mampu mengirim manusia (Yuri Gagarin) ke luar angkasa. Keberhasilan Gagarin adalah kekalahan kedua bagi AS, setelah sebelumnya, pada 1957, Uni Soviet tercatat sebagai negara pertama yang mampu menempatkan satelit (Sputnik) di luar angkasa. Pada masa itu, mengirim manusia ke luar angkasa sendiri dianggap sebagai kompetisi antara dua digdaya yang amat keterlaluan. Pasalnya, untuk meraih kemenangan, baik astronot maupun kosmonot, dilontarkan ke luar orbit Bumi dengan cara diikat di hulu roket besar yang sebelumnya biasa dipakai untuk senjata strategis.
SUmber : Angkasa