JAKARTA – Membubungnya nama Megawati Soekarnoputri sebagai kandidat capres 2014 dari sejumlah survei, masih menarik perhatian berbagai kalangan.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan memilih bersikap lebih terbuka dengan kemungkinan lain.
Menurut dia, survei tahun 2011 ’’terlalu jauh’’ untuk memotret realitas politik menjelang 2014. ’’Ini masih lama. Dalam tiga bulan saja masih bisa berubah pandangan. Apalagi tiga tahun,’’ kata Anies usai seminar Persatuan dalam Keragaman di Universitas Paramadina, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, kemarin (25/10).
Dia juga mengingatkan agar para pendukung Megawati lebih berhati-hati. Karena mempertahankan tingkat keterpilihan seorang tokoh selama tiga tahun bukan suatu hal yang mudah.
’’Ingat, Juli 2008, (berbagai survei menyebut) pemenang pemilu itu PDIP. Saat itu krisis minyak. Harga minyak mahal sekali. Partai Demokrat jeblok angkanya. Tetapi akibat jeblok itu, mereka (Partai Demokrat) bekerja keras. Yang di atas malah merasa nyaman, karena sudah tinggi angkanya. Jadi, hati-hati,’’ ujarnya.
Menurut Anies, semua partai politik harus mempersiapkan berbagai alternatif strategi. Di antaranya dengan memberikan porsi dan panggung yang lebih besar kepada tokoh muda. Memunculkan tokoh muda ini pada gilirannya akan memfasilitasi berbagai aspirasi pemilih muda.
’’Kalau pemilih muda tidak mendapatkan tempat, bukan nggak mungkin ada efek bumerang. Karena anak muda akan melihat mana representasinya,’’ tukas Anies.
Dia menambahkan, pada 2014 mendatang akan menjadi pemilu keempat pascareformasi. Saat itu, sudah tersedia banyak stok tokoh muda. ’’Anak-anak yang dulu aktivis saat Soeharto turun, mereka sudah mature (matang) untuk berada di posisi-posisi kunci,’’ tegasnya.
Anies optimistis waktu tiga tahun masih memungkinkan munculnya tokoh muda itu. ’’SBY pada Januari 2004 ada di mana? Hanya lima bulan sebelumnya (pilpres), lalu muncul,’’ ingat Anies.
Di sisi lain, imbuh dia, perilaku politik parpol juga akan seperti pilkada. Dalam pilkada, parpol cenderung memberikan dukungan kepada calon yang kuat. Sekalipun ketua cabang partai di daerah itu berminat menjadi bupati, lanjut Anis, partai tidak akan mendukung kalau hasil surveinya rendah. ’’Memang partai mau jadi yang kalah. Dalam pilpres, mereka akan rasional. Tokohnya belum tentu orang partai. Tetapi pasti menggunakan dukungan parpol,’’ katanya.
Kembali ke soal tokoh muda, Anies menegaskan, substansinya lebih kepada substansi gagasan yang dibawa, bukan usianya. Bahkan, imbuh dia, orang tua tidak masalah asalkan datang dengan ide-ide pembaharuan yang segar. ’’Yang kita tidak mau itu, yang datang tua dan mempraktikkan perilaku lama. Kita juga nggak mau anak muda yang meneruskan praktik lama,’’ pungkasnya.
’’Nazaruddin kan begitu. Muda, tetapi praktik lama. Perilaku yang dipraktikkan seumur Jurassic Park. Kuno betul cara berpolitik seperti itu,’’ sindir Anies.
Wacana memunculkan calon-calon muda untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 terus bergulir. Ketua DPR yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie ikut bersuara mendukung tampilnya calon muda untuk menjadi RI 1.
’’Kader muda bagus kalau dia memenuhi kompetensi. Dia tidak terlibat banyak masalah,’’ ujar Marzuki usai menghadiri pengucapan sumpah Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) M. Yusuf di Istana Negara kemarin (25/10). ’’Kita ingin kader muda juga,’’ sebutnya.
Apakah itu berarti tokoh seperti Jusuf Kalla dan Megawati tidak perlu maju nyapres lagi? ’’Umur itu tidak bisa dilawan. Itu kodrat,’’ jawab Marzuki, diplomatis.
Meski begitu, dia berpendapat, siapa saja bisa maju menjadi capres asal ada partai yang mengusungnya. ’’Siapa pun yang mampu memimpin negara,’’ katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP Taufik Kiemas menolak jika pernyataannya agar istrinya, Megawati, tidak maju pada Pilpres 2014 adalah untuk mengusung putrinya, Puan Maharani. Dia bahkan membantah sudah menyebut nama Puan.
’’Jangan ngomong Mbak Puan sedikit pun lho. Kasihan, seolah-olah saya ingin membesarkan Mbak Puan. Yang saya pikirkan generasi muda,’’ katanya. Menurut Kiemas, banyak generasi muda, termasuk di DPR dan DPD.
Ketua MPR itu mengatakan, tugas seorang pemimpin salah satunya menyiapkan generasi berikutnya. Sementara politisi memikirkan pemilu berikutnya. ’’Semua generasi muda yang ada di Indonesia, silakan. Dan yang tua-tua jadi ngatur agar mereka bertanding bagus,’’ urainya. Kiemas mengharapkan semua parpol bisa melakukan hal yang sama, yakni mulai menyiapkan calon pemimpin usia muda.
Terkait reaksi Mega tentang usulannya itu, menurut Kiemas, tidak ada masalah. ’’Nggak ada cemberut-cemberutnya. Kita biasa diajar beda pendapat,’’ katanya lantas tersenyum. (jpnn/c1/niz)
TOKOH MUDA KANDIDAT CAPRES
Dari Parpol
* Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (45 tahun/lahir 15 Juli 1969)
* Wakil Ketua DPR (kader PDIP) Pramono Anung (51 tahun/11 Juni 1963)
* Ketua DPP Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga PDIP Puan Maharani (41 tahun/lahir 6 September 1973)
* Wakil Ketua Umum DPP PAN Drajad Wibowo (50 tahun/lahir 20 Mei 1964)
* Ketua Umum Dewan Tanfidz PKBN Yenny Wahid (40 tahun/lahir 29 Oktober 1974)
* Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (48 tahun/lahir 24 September 1966)
* Menpora (kader Demokrat) Andi Mallarangeng (51 tahun/lahir 14 Maret 1963)
* Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandi (46 tahun/lahir 29 Mei 1968)
Dari Nonparpol
* Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan (45 tahun/lahir 7 Mei 1969)
* Pengusaha Sandiaga Uno (45 tahun/lahir 28 Juni 1969)
* Cendikiawan Yudi Latief (50 tahun/lahir 26 Agustus 1964)
Catatan: * Usia pada tahun 2014
sumber : radar lampung