PAMEKASAN, KOMPAS.com - Meskipun Hari Raya Idul Fitri tahun ini masih 18 hari ke depan, namun permintaan batik di sejumlah perajin batik di kampung batik, Dusun Banyumas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, terus mengalami peningkatan.
Menurut Suadah (47), salah satu perajin batik, peningkatan mencapai antara 100 sampai 500 lembar batik dalam seminggu. Permintaan itu berasal dari lembaga pemerintahan dan perusahaan yang akan dibuat untuk bingkisan lebaran. "Katanya bapak-bapak yang datang ke sini untuk dibuat bingkisan lebaran," ujar Suadah, Jum'at (12/08/2011).
"Sejak awal Ramadhan permintaan terus meningkat. Sehingga saya dan beberapa karyawan lainnya harus menambah jam kerja di malam hari," ungkap Suadah.
Sementara itu, Nur Halimah, perajin batik lainnya menuturkan, yang paling banyak dipesan oleh pembeli selama dua bulan terkahir adalah batik motif serat kayu. "Motif serat kayu di beberapa perajin batik cukup pada dua warna saja. Tetapi kami memilih warna yang variatif tanpa merubah karakter semula, hasilnya lebih banyak diminati pembeli," tutur Nur Halimah.
Hasil inovasinya itu, lanjut Nur Halimah, oleh para pembelinya disebut dengan batik motif "selingkuh". Istilah selingkuh itu karena warna pada motif batik serat kayu dipadu dengan warna yang lebih variatif. "Karena warnanya bermacam-macam kemudian disebut batik selingkuh," ujarnya.
Per lembar batik ukuran 2x2 meter, di perajin dijual seharga Rp 70 ribu. Tidak jarang pula ada permintaan jenis motif batik lainnya yang lebih bagus, yang harganya berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu.
Abdurrahman, salah satu pengusaha batik di Dusun Banyumas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, menuturkan, sejak awal Ramadhan, banyak pembeli yang datang langsung ke perajin. Mereka beralasan lebih murah, jika dibandingkan dengan membeli di pasar, gerai atau toko batik di Pamekasan. Selisihnya per potong batik antara Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu.
Menurut Suadah (47), salah satu perajin batik, peningkatan mencapai antara 100 sampai 500 lembar batik dalam seminggu. Permintaan itu berasal dari lembaga pemerintahan dan perusahaan yang akan dibuat untuk bingkisan lebaran. "Katanya bapak-bapak yang datang ke sini untuk dibuat bingkisan lebaran," ujar Suadah, Jum'at (12/08/2011).
"Sejak awal Ramadhan permintaan terus meningkat. Sehingga saya dan beberapa karyawan lainnya harus menambah jam kerja di malam hari," ungkap Suadah.
Sementara itu, Nur Halimah, perajin batik lainnya menuturkan, yang paling banyak dipesan oleh pembeli selama dua bulan terkahir adalah batik motif serat kayu. "Motif serat kayu di beberapa perajin batik cukup pada dua warna saja. Tetapi kami memilih warna yang variatif tanpa merubah karakter semula, hasilnya lebih banyak diminati pembeli," tutur Nur Halimah.
Hasil inovasinya itu, lanjut Nur Halimah, oleh para pembelinya disebut dengan batik motif "selingkuh". Istilah selingkuh itu karena warna pada motif batik serat kayu dipadu dengan warna yang lebih variatif. "Karena warnanya bermacam-macam kemudian disebut batik selingkuh," ujarnya.
Per lembar batik ukuran 2x2 meter, di perajin dijual seharga Rp 70 ribu. Tidak jarang pula ada permintaan jenis motif batik lainnya yang lebih bagus, yang harganya berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu.
Abdurrahman, salah satu pengusaha batik di Dusun Banyumas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, menuturkan, sejak awal Ramadhan, banyak pembeli yang datang langsung ke perajin. Mereka beralasan lebih murah, jika dibandingkan dengan membeli di pasar, gerai atau toko batik di Pamekasan. Selisihnya per potong batik antara Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu.