Oleh : Agus Ali
Berbekal satu mesin jahit dan uang Rp 900.000 pada tahun 1980, Zakiah Ambadar bersama dua orang adiknya mendirikan PT Lembanindo Tirta Anugrah. Perusahaan ini memproduksi perlengkapan bayi dan ibu dengan merek dagang Le Monde.
Le monde diambil dari Bahasa Prancis yang artinya dunia. Perusahaan ini merupakan bisnis keluarga memiliki yang didirikan oleh Zakiah Ambadar (Jackie Ambadar) dengan aset Rp 13 miliar dengan omset Rp 3 miliar per bulan. Saat ini, perusahaan perlengkapan bayi ini mempunyai 10 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bogor dan Malang. Selain memiliki banyak outlet, Le Monde telah melakukan franchise sejak tahun 2001.
Pengalaman pertama menjajakan produk dagangnya yaitu memasang display satu kamar tidur lengkap di Pasaraya, begitu jam pertama dibuka langsung bisa terjual habis diborong oleh istri pejabat. Saat itu pengelola Pasaraya sempat menegur Jackie karena ia tidak menyediakan stock atau cadangan.
Setelah sukses di Pasaraya, Jackie Ambadar yang sekaligus menjadi Managing Director PT Lembanindo Tirta Anugrah, kemudian melabarkan sayap usahanya dengan menjual Le Monde di pasar Melawai. Permintaan ternyata cukup tinggi, sehingga pihaknya kewalahan memenuhi permintaan konsumen.
Guna memenuhi permintaan pasar, Jackie lalu mendirikan pabrik di Ciawi, Bogor. Bersamaan dengan itu, pada tahun 1984 Le Monde juga membuka Kantor Pemasaran di kawasan Jl Radio Dalam Raya No. 88, Jakarta Selatan. Pembukaan outlet di Jl Radio Dalam ini dimaksudkan untuk merealisasikan toko sendiri, menjaga cash flow karena department store melakukan pembayaran yang relatif lama yaitu 45 hari, padahal Le Monde harus membayar pada supplier atau penyedia bahan-bahan produksi dengan jangka waktu 20 hari. Selain itu, tentu saja pembukaan tersebut sebagai wujud dari keinginan untuk lebih dekat dengan konsumen.
Jackie melihat bahwa produk-produk yang dijual di pasaran seperti di sejumlah department store selama ini tidak pernah lengkap. “Karenanya ketika Le Monde bisa menyajikan display secara lengkap banyak pengunjung senang,” katanya.
Pasar Ekspor
Le Monde memiliki sekitar 100 counter yang tersebar di pusat perbelanjaan ternama dan tujuh gerai di beberapa kota besar di Indonesia. “Pertumbuhan bisnis per tahun mencapai 30-50 persen dan rata-rata keuntungan bertumbuh 10-20 persen setahun.” kata alumni Jurusan Sosiologi Universitas Indonesia ini.
Le Monde membidik pangsa pasar menengah atas dengan kualitas bahan yang bersertifikasi internasional. Saat ini Le Monde telah mengekspor produk-produknya ke luar negeri seperti Australia, Singapura, Malaysia dan negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Pada saat itu bisnis perlengkapan bayi dan ibu belum terlalu banyak dilirik orang dan produk-produk yang ada adalah produk luar negeri seperti Baby Care yang tidak terintegrasi secara lengkap. Jackie lalu mempunyai keyakinan bahwa bisnisnya ini akan bisa menjadi pionir dalam industri perlengkapan bayi yang lengkap.
Le Monde sejak tahun 2001 berkembang menjadi usaha waralaba atau franchise dengan outlet dengan trade mark Le Monde Baby Worlds. Model franchise yang ditawarkan Le Monde berbeda dengan franchise yang lain karena Le Monde Baby Worlds tidak melakukan sistem pembayaran royalti bagi franchisee dan biaya modal usaha yang ditawarkan dengan harga murah.
Keyakinan untuk mengembangkan usaha atau bisnis yang digeluti sekarang ini, menurut Jackie, berkat nasihat dari sang ayah yang selalu menanamkan nilai-nilai untuk berani tampil beda dan bisa menjadi lebih baik dibandingkan orang lain. “Be different and be better,” bagitulah moto yang sering ditanamkan ayahnya sejak kecil. Menurut ayahnya jika melakukan sesuatu janganlah hanya ikut-ikutan dan tidak mempunyai prinsip sendiri. Ia juga menekankan keberanian mengambil risiko dalam berusaha.
Sementara nilai-nilai yang diwariskan ibunya kepada Sang anak yaitu ketegasan, komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal inilah menurut Jackie yang akan menjadi modal kuat bagi dia dan saudara-saudaranya dalam mengelola dan mengembangkan usaha yang digelutinya.
Sejak kecil ia memang ditanamkan jiwa entrepreneurship oleh orang tuanya sehingga ia menyadari untuk mengembangkan usaha tidak boleh hanya mengikuti trend yang ada. Karena jika hanya mengikuti trend yang ada maka jumlah pemain usaha sudah banyak sehinnga tingkat kompetisi memang sudah sedemikian ketat.
“Berani mengambil risiko dan mau bertanggung jawab terhadap setiap keputusan bisnis yang telah dipikirkan secara matang-matang akan menjadi kunci kesuksesan suatu usaha”.
Menyikapi tingkat pengangguran yang begitu tinggi di Indonesia ia berpendapat hal itu terjadi karena minimnya jiwa entrepreneurship di sebagian besar masyarakat Indonesia. Saat ini tingkat pengangguran di Indonesia masih sangat besar terutama sejak krisis ekonomi 1997 yang berjumlah kira-kira 40 juta.
Setiap tahun sekitar 2 juta tenaga kerja baru bertambah. Kebanyakan adalah pencari kerja dan bukan manusia yang mempunyai kesadaran untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Menurutnya masyarakat Indonesia harus mengubah pola pikir yang ada dari seorang pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Jika dari 100 angkatan kerja 10 persennya berani menjadi wiraswata yang rata-rata merekrut 10 orang tenaga kerja, hal ini akan membuka 100 lapangan pekerjaan baru.
Banyak orang di Indonesia berpendapat untuk membuka usaha dibutuhkan modal yang besar, ini merupakan hal yang keliru. Memang modal sangat penting dalam membuka suatu usaha tetapi yang jauh lebih penting yaitu kemauan dan semangat untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan sehingga orang dapat mandiri. Dengan jiwa wirausaha maka akan membuka kesempatan kerja yang akan dapat menghidupi diri sendiri dan menolong orang lain.
Dirikan Yayasan
Pada mulanya Zakiah Ambadar bersama teman kuliahnya, Miranty Abidin mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Bina Karsa Mandiri. Yayasan ini berfungsi untuk melakukan training bagi kewirausahaan.
Jackie -begitu Zakiah biasa dipanggil- mempunyai keinginan agar lembaga yang didirikan bersama sahabatnya ini bisa menularkan pengalaman yang dimilikinya. Sasaran utama dari lembaga ini adalah generasi muda yang ingin menggali potensi jiwa usaha. Yayasan Bina Karsa Mandiri telah menerbitkan 10 buku atau lebih.
Setiap peluncuran buku barunya selalu diikuti diskusi bedah buku yng mengundang para generasi muda. Buku-buku tersebut pada umumnya berisi tentang perjalanan para pengusaha ketika memulai usaha dengan menangkap peluang yang ada.
Dua buku dari sepuluh buku yang cukup laris berjudul Selalu Ada Peluang dan Usaha Yang Cocok Untuk Anda. Dengan membaca buku-buku ini akan membuka cakrawala bagi generasi muda untuk bisa mempunyai pemahaman mengenai kiat-kiat menciptakan jiwa entrepreneurship.
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/ceo/2004/1227/ceo1.html (SH/sigit wibowo/danang joko)