"Tak ada seorang di Iran yang mau mundur dari hak nuklir negara itu", kata Ahmadinejad saat berbicara dengan wartawan dalam satu taklimat, di Teheran, Selasa.
Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad (ANTARA/REUTERS) |
Namun ia mengatakan jika Iran menerima uranium yang perkaya 20-persen, "tak perlu" memproduknya sendiri.
Ketika ditanya oleh wartawan Xinhua mengenai pengumuman Iran sebelumnya bahwa Republik Islam itu mungkin mempertimbangkan untuk menghentikan produksi uranium yang diperkaya sampai 20-persen, Ahmadinejad mengatakan Iran telah menuntut negara lain menyediakan Teheran uranium yang diperkaya sampai 20-persen sebagai bahan bakar pembuatan obat. Ia juga mengatakan Iran telah mengatakan siap bertukar uranium 3,5-persen dengan uranium 20-persen.
Namun, "sejauh ini tak seorang pun menyediakan bahan bakar itu", kata Ahmadinejad sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau ANTARA News di Jakarta, Rabu.
Produksi uranium yang diperkaya 20-persen sebagai bahan bakar "mahal", katanya. Ditambahkannya, "Kapan saja mereka menyediakan bahan bakar buat kami, kami tak perlu (memproduksi) bahan bakar mahal tersebut."
Seorang anggota parlemen Iran, Selasa, mengatakan Republik Islam itu akan memperkaya uranium sampai tingkat kemurnian 60 persen jika perundingan dengan negara besar dunia terbukti tidak efektif, kata Press TV.
"Dalam hal pembicaraan kami dengan kelompok P5+1 --AS, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman-- ternyata gagal, pemuda Iran akan melakukan pengayaan (uranium) sampai kemurnian 60 persen untuk bahan bakar kapal selam dan kapal yang mengarungi lautan," kata Mansour Haqiqatpour, Wakil Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri di Majlis (Parlemen) Iran, sebagaimana dikutip.
"Kelompok P5+1, yang menunda perundingan (dengan Iran) sampai nanti, mesti tahu jika pembicaraan ini dilanjutkan sampai tahun depan, Iran tak bisa menjamin Iran akan mempertahankan pengayaannya terbatas pada 20 persen. Pengayaan (tingkat) ini tampaknya akan naik jadi 40 atau 50 persen," katanya.
"Mereka mesti mengerti kami takkan tenang-tenang saja menghadapi ancaman, sanksi dan tekanan," kata anggota parlemen Iran itu.
Kepala perunding nuklir Iran Saeed Jalili pada Agustus mengatakan di Istanbul, Turki, Iran dan Uni Eropa sepakat untuk menyelenggarakan babak baru pembicaraan nuklir dalam waktu dekat.
Dalam satu taklimat setelah pembicaraan dengan pejabat urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton di Istanbul, Jalili mengatakan waktu bagi pembicaraan nuklir mendatang akan diputuskan ketika Ashton kembali dan mengajukan laporan kepada P5+1.
Seorang diplomat Iran memberitahu Xinhua akan diperlukan waktu sedikitnya satu bulan untuk memulai babak baru pembicaraan nuklir.
Ashton bretemu dengan para pejabat Iran di Istanbul dalam upaya mengakhiri percekcokan mengenai program nuklir Iran.
Sumber : Antara