Haik, bisnis sushi masih menjanjikan
Oleh Noverius Laoli, Eka Saputra, Fahriyadi - Selasa, 28 Februari 2012 | 13:38 WIB
Menu Jepang ini cepat kondang seiring semakin banyaknya gerai-gerai makanan yang mengusung menu utama sushi. Kebanyakan gerai tersebut merupakan hasil kemitraan dengan pengusaha lokal. Selain itu, tentu ada juga hasil kerja sama dengan waralaba restoran Jepang yang masuk Indonesia.
Kendati persaingan makin ketat, peluang bisnis ini masih menjanjikan. Terbukti, gerai-gerai sushi tetap ramai diserbu pembeli. Tingginya animo konsumen itu turut mendorong penambahan jumlah mitra para pewaralaba sushi.
Nah, berikut ulasan mengenai perkembangan beberapa kemitraan sushi, seperti Sushi Don Bouri, Ikki Suhsi, dan Zushioda Japanese Street Sushi.
• Sushi Don Bouri
Pada Oktober 2010 lalu, KONTAN telah mengulas bisnis waralaba Sushi Don Bouri yang bermarkas di Semarang, Jawa Tengah. Saat itu, Sushi Don Bouri sudah memiliki empat gerai yang semuanya berada di wilayah Semarang.
Dari empat gerai itu, tiga di antaranya milik sendiri dan satu milik mitra. Kini, jumlah mitra Sushi Don Bouri sudah bertambah empat lagi. Jumlah gerai sendiri tetap tiga, sementara sisanya milik mitra.
Tidak hanya Semarang, mitranya kini sudah tersebar di Solo dan Surabaya. Pengelola Sushi Don Bouri, Natan Andres bilang, peluang untuk menambah mitra masih terbuka lebar. Bahkan, saat ini sudah ada calon mitra Sushi Don Bouri yang ingin membuka cabang di luar Pulau Jawa.
Sementara ini tawaran tersebut masih dipertimbangkan. Sebab, menurut Natan, pihaknya tidak ingin gegabah menerima tawaran itu tanpa melakukan kajian pasar terlebih dulu. Menurutnya, Sushi Don Bouri harus jeli melihat pasar dan lokasi gerai. "Kami harus melakukan survei lokasi dan pangsa pasarnya sebelum menjalin kemitraan," ujarnya.
Dalam tawaran kemitraan ini, Sushi Don Bouri belum menaikkan paket investasinya yang sebesar Rp 50 juta. Paket investasi itu berlaku untuk masa kerja sama tiga tahun. Dengan membayar sebesar itu, mitra akan mendapat perlengkapan memasak, alat makan, papan nama, dan pelatihan produk selama tiga bulan.
Dalam kerja sama ini, pungutan royalti fee sebesar Rp 1,5 juta per bulan tetap berlaku. Itu belum termasuk biaya kontrol kualitas yang rutin dijalankan. Hanya saja, untuk harga jual sudah mengalami kenaikan. Sebelumnya aneka macam sushi di gerai ini dibanderol mulai dari Rp 10.000-Rp 25.000 per porsi. Tapi, harganya saat ini sudah naik menjadi Rp 11.000 - Rp 32.000 per porsi.
Adapun dari segi menu tidak banyak mengalami perubahan. Sama seperti kemarin, gerai ini masih menawarkan menu utama berupa sushi, don bouri, dan bento.
Namun, supaya bisa lebih diterima konsumen, dilakukan beberapa inovasi. Di antaranya dengan meluncurkan menu baru. Menu utamanya sendiri tetap dipertahankan. "Menu utama ini harus tetap unik dan berkualitas supaya tetap diminati pelanggan," ujarnya tanpa menjelaskan inovasi yang dimaksud.
Yang jelas, kata Natan, dalam memasarkan produk makanan, pihaknya sangat konsen terhadap citarasa makanan tersebut.
• Ikki Sushi
Pada tahun 2011 lalu, KONTAN pernah mengulas tawaran waralaba Ikki Sushi. Kala itu, perusahaan makanan Jepang yang berdiri sejak 2008 tersebut baru memiliki tiga mitra. Seiring berjalannya waktu, mitra Ikki Sushi kini sudah semakin banyak.
Jumlah mitranya kini sebanyak 12 mitra yang tersebar di berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, dan Pekanbaru. Pemilik Ikki Suhsi, Abri Mada mengatakan, peluang pasar bisnis makanan khas Jepang ini masih menjanjikan.
Pasalnya, lidah masyarakat Indonesia sudah mulai beradaptasi dengan makanan khas Jepang ini. “Saya yakin bisnis ini masih bagus dan masih akan terus berkembang," ujar Abri.
Ikki Sushi menawarkan paket waralaba dengan investasi Rp 180 juta. Itu belum termasuk biaya sewa tempat. Jadi baru sebatas franchise fee dan pengadaan kebutuhan peralatan yang diperlukan mitra.
Abri menargetkan, mitra akan meraup omzet rata-rata Rp 2 juta per hari, dengan laba bersih berkisar 20%. "Paling lama dua tahun setelah beroperasi, mitra sudah balik modal," jelas Abri.
Menurut Abri, ada beberapa hal yang perlu dilakukan supaya bisnis ini bisa eksis dan terus bertahan. Diantaranya perlu melakukan inovasi, terutama menu. Maklum, persaingan bisnis ini, belakangan mulai semakin ketat. Inovasi itu itu bisa menyangkut citarasa makanan, harga hingga pelayanan.
Abri sendiri akan mengembangkan konsep baru dalam mengelola bisnis ini. Rencananya, mulai tahun ini ia akan menerapkan konsep satu harga (one prize). Jadi, apa pun sushi-nya, Abri mematok harga hanya Rp 15.000. Ia berjanji tidak akan menurunkan kualitas makanan.
"Paling saya menurunkan margin saja. Biar margin keuntungan kecil, asal pelanggannya banyak kan sama saja,” tandasnya.
Adapun untuk menu, ia menawarkan beberapa varian menu baru, seperti bento dan ramen. Salah satu mitra Ikki yang sudah bergabung sejak tahun 2008, Alia Setyorini mengaku, perkembangan bisnisnya selama bergabung dengan Ikki Sushi lumayan memuaskan.
Ia mengaku, gerainya yang berada di Bekasi, Jawa Barat sudah memiliki banyak pelanggan. Melihat banyaknya peminat sushi, sejak 2011 lalu Alia membuka gerai baru di Bekasi Barat.
Kalau dirata-rata, omzet gerai per bulan sekitar Rp 30 juta, dengan laba mencapai 20%. Dengan omzet sebesar itu, ia mengaku sudah balik modal di tahun kedua.
• Zushioda Japanese Street Sushi
Tahun lalu, KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan dari Zushioda Japanese Street Sushi. Gerai makanan Jepang ini berpusat di Tebet, Jakarta Selatan. Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini tahun lalu, Zushioda belum memiliki mitra. Namun, saat ini mitranya sudah ada satu di Yogyakarta.
Selain itu, sudah ada 12 calon mitra lain yang tengah mengantre untuk bekerja sama. Penanggung jawab Zushioda, Putu Wibisana menuturkan, pihaknya memang menerapkan persyaratan yang ketat dalam memilih mitra. Sebab, bisnis makanan dari Negeri Sakura ini berbeda dengan makanan lainnya.
Seorang calon mitra, menurut dia, harus memiliki set up yang matang sebelum terjun ke dalam bisnis ini. "Jadi kami tidak mau asal menambah mitra saja," jelasnya.
Zushioda menawarkan satu paket kemitraan senilai Rp 38 juta. Biaya ini sudah termasuk peralatan, tapi persoalan tempat harus diurus sendiri oleh mitra. Zushioada menjanjikan omzet rata-rata per hari sebesar Rp 1 juta, dengan laba bersih sekitar 40%.
Dengan omzet sebesar itu, mitra bisa balik modal dalam waktu empat bulan pascaberoperasi. Menurut Putu, bisnis Sushi masih memiliki prospek yang bagus. "Banyak penggemarnya," kata dia.
Terlebih, Zushioada juga mengusung konsep gerai model kaki lima yang unik, sehingga menarik perhatian para penikmat kuliner. Harga yang ditawarkan juga masih terjangkau di kisaran Rp 12.000 - Rp 18.000.
Kendati murah, menu yang disajikan tetap harus berkualitas. "Kami punya menu andalan californian roll dan dragon roll," ujarnya.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/haik-bisnis-sushi-masih-menjanjikan/2012/02/28