Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidan menyatakan, jika hal itu terjadi, Pemerintah Arab Saudi akan didemo oleh seluruh umat muslim di dunia.
"Pasti akan dimusuhi sama semua umat muslim di dunia, pasti akan didemo. Tidak akan tinggal diam pasti umat muslim," kata Amidan di Madinah saat dihubungi merdeka.com, Rabu (31/10).
Amidan yang tengah menunaikan ibadah haji menilai, penghancuran makam Nabi Muhammad hanya isu belaka. Menurutnya, pemerintah Arab Saudi tak akan berani melakukannya.
"Memang mau diperluas tapi kondisi makam tidak akan berubah. Selain itu kan makam ada di dalam masjid," katanya.
Dia menilai isu tersebut sengaja dihembuskan untuk mengadu domba umat muslim. Sebab, di Arab Saudi kebanyakan menganut aliran Wahabi.
Dia mengatakan, di Arab Saudi isu tersebut tak beredar. Karenanya, ia mempertanyakan asal isu itu beredar.
"Enggak ada sama sekali. Tenang-tenang saja di sini," katanya.
Dr Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Wawasan Islam mengkhawatirkan rencana perluasan Masjid Nabawi oleh Pemerintah Arab Saudi. Menurut Alawi, perluasan itu sebagian besar dilakukan di sebelah barat masjid, di mana di situ terdapat makam Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Karena itu, dia takut tiga makam ini juga bakal lenyap. Dalam dua dekade terakhir, the Gulf Institute yang berpusat di Ibu Kota Washington D.C., Amerika Serikat, mencatat Riyadh telah melumatkan 95 persen dari seluruh bangunan berusia lebih dari seribu tahun di Makkah dan Madinah.
Bahkan, rumah Nabi Muhammad kini sudah berubah menjadi perpustakaan dan kediaman istri pertamanya, Khadijah, sekarang menjadi toilet.
Lima tahun lalu, beredar selebaran dari Kementerian Urusan Islam Saudi atas rekomendasi Mufti Agung Saudi Abdul Aziz al-Syekh. Isinya mendesak penghancuran makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar. Seruan ini disokong para ulama Wahabi, sekte terbesar di Saudi, termasuk Syekh Ibnu al-Uthaymin.
Sumber : Merdeka